Universitas Gadjah Mada (UGM) kini resmi memiliki Stasiun Lapangan Geologi yang bertempat di Desa Beluk, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Mahasiswa dari berbagai daerah bisa memanfaatkan tempat tersebut untuk belajar geologi.
Stasiun Lapangan Geologi Prof. R. Soeroso Notohadiprawiro yang berlokasi di Desa Beluk, Kecamatan Bayat, Klaten itu diresmikan langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljo, Wakil Bupati Yoga Hardaya, serta Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Wening Udasmoro.
Ketiganya sempat berkeliling gedung 3 lantai guna mengecek fasilitas yang ada. Mulai dari laboratorium geologi, ruang kelas, perpustakaan, kantin, serta asrama. Wening menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian PUPR yang telah memberikan bantuan pembangunan stasiun lapangan geologi UGM tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan nilai yang fantastis, lebih dari Rp 13,8 miliar, pembangunan Stasiun Lapangan Geologi ini diharapkan akan bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi mahasiswa yang mendedikasikan ilmu geologi," terangnya.
Ia memaparkan, sebelumnya UGM memiliki rusunawa yang dapat menampung 168 mahasiswa dan 20 dosen. Dengan adanya pembangunan gedung Stasiun Lapangan Geologi Prof. R. Soeroso Hadiprawiro, maka akan melengkapi kegiatan kuliah lapangan para mahasiswa.
"Saya dengan Bayat merupakan satu situs yang luar biasa karena memiliki batuan yang bervariasi dan ada batuan tertua yang masih ada di wilayah ini," ujarnya.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Stasiun Lapangan Geologi UGM, Didit Hadi Bariyanto. Ia menjelaskan, terdapat batuan metamorf di daerah Bayat yang berumur kurang lebih 98 juta tahun.
"Di Gunung Konang itu ada batuan metamorf yang terbentuknya di Australia, umurnya 98 juta tahun yang terbentuk di kedalaman lebih dari 10 kilometer di bawah permukaan tanah yang terangkat ke atas. Itu unik, jadi kita punya batuan-batuan yang bahkan terbentuk sebelum pulau Jawa lahir," jelasnya.
Lebih lanjut lagi, Didit menjelaskan, sudah sejak lama wilayah Bayat terkenal di kalangan geolog. Bahkan, Bayat pun pernah menjadi tuan rumah internasional simposium kebumian kedua se-Asia Pasifik.
"Itu tahun 1929 oleh seorang ahli geologi Belanda, Van Bothe. Dia menyelenggarakan konferensi di sini karena geologi di sini sangat unik, tidak hanya di level Indonesia tapi di level dunia," tuturnya.
"Jadi tahun 1929 itu sebetulnya konferensi geologi pertama yang pernah diadakan di Indonesia bahkan di Asia Pasifik itu biasanya di sini," sambungnya.
Adapun, Stasiun Lapangan Geologi UGM sudah ada sejak tahun 1984, berupa asrama mahasiswa. Dengan dibangunnya gedung Stasiun Lapangan Geologi Prof. R. Soeroso Hadiprawiro, fasilitas yang ada sudah mampu menunjang kegiatan belajar mengajar mahasiswa.