Tim validasi dari Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) telah merampungkan kunjungannya ke beberapa geosite yang ada di Geopark Kebumen selama tiga hari. Dari kunjungannya itu, tim validasi memberikan masukan agar Geopark Kebumen bisa masuk UNESCO Global Geopark (UGGp).
Sebelumnya, Dewan Pakar KNGI, Mirawati Sujono menyambut baik upaya Pemkab Kebumen mengusulkan Geopark Kebumen agar masuk dalam UGGp. Secara umum, mereka melihat kesiapan Pemkab Kebumen dalam menyambut UGGp sudah sesuai dengan perencanaan.
Namun demikian, ada beberapa masukan dan perbaikan yang perlu dibenahi. Misalnya saja, masih minimnya foto sekaligus keterangan berbahasa Indonesia dan Inggris di setiap geosite. Minimnya peta jalan, papan petunjuk, kurangnya lambang geopark, dan kebersihan tempat wisata yang masih perlu diperhatikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tempat-tempat wisata itu masih jarang foto-foto, harusnya diperbanyak foto, kaya di penangkaran penyu, itu nggak ada fotonya, di Benteng Van Der Wijck, Menganti juga sama perlu perbanyak foto, untuk menjelaskan apa yang ada dalam wisata tersebut menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris," kata Mirawati Sujono usai Rapat Pleno Pembahasan Hasil Kunjungan Lapangan Pra Validasi Geopark Kebumen yang berlangsung di Pendopo Kabumian, Rabu (9/5/2024) malam.
Saran lain adalah perlunya memasukan budaya dan kerajinan tangan asli dalam lokasi wisata di Kebumen. Misalnya anyaman pandan dan batik. Demikian juga memperkenalkan Geopark Kebumen kepada semua tamu wisata, termasuk kepada semua warga masyarakat dari perguruan tinggi hingga taman kanak-kanak.
"Pemkab masih punya waktu selama dua bulan sebelum tim asesor dari UNESCO datang ke Kebumen untuk melihat apakah proposal yang diajukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Saya rasa waktu dua bulan itu sangat cukup untuk dilakukan pembenahan," tuturnya.
Sementara itu, masukan lain datang dari Yunus Kusubrata yang juga anggota Dewan Pakar KNGI. Ia menyebut perlunya menjaga keaslian wilayah konservasi di wilayah Geopark Kebumen. Misalnya, wisata Goa Jatijajar mestinya tidak perlu dimasuki patung-patung dengan cerita legendanya, karena itu akan merusak keaslian dari wisata alamnya.
"Mestinya patung-patung itu cukup ditaruh di luar, jangan di dalam karena itu akan merusak keaslian dari goa itu sendiri. Kemudian kita juga menyaksikan bagaimana dinding-dinding goa itu masih ada coretan-coretan, harusnya dihilangkan," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa masuk menjadi UGGp bukan tujuan akhir, namun hanya perantara saja. Dengan Status UGGp, diharapkan bisa memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan juga memberikan wawasan pendidikan dalam menjaga lingkungan.
Dalam kesempatan yang sama, masukan juga diberikan oleh Subandi dari Bappenas. Ia memberi catatan terkait kurangnya pemahaman masyarakat dan perangkat desa terhadap geopark, sehingga perlu sosialisasi dan edukasi.
Gunani Kusumo dari Kemenkomarves memberikan masukan terkait teknis pelaksanaan di antaranya penjadwalan kunjungan, peta kunjungan, siapa yang menerima, serta informasi waktu lokal di dalam rundown kunjungan harus jelas dan tertata.
Plt Sekda Kebumen, Muhammad Arifin pun ikut berkomentar pada kesempatan tersebut. Ia berharap kepada OPD yang membidangi dan seluruh stakeholder untuk menindaklanjuti rekomendasi dan harus segera melaksanakannya.
"Perjalanan kita mewujudkan Geopark Kebumen menjadi UNESCO Global Geopark sudah semakin dekat. Karenanya, kita harus lebih fokus, lebih berkomitmen dan lebih keras lagi berupaya sekaligus lebih solid dalam bersinergi," ucap Muhammad Arifin.
(anl/ega)