Vice President of NASA HUNCH Amerika Serikat Program, Scott Rodriguez mengatakan salah satu tujuan NASA ke Indonesia terutama Solo untuk memperkenalkan ekosistem penelitian luar angkasa. Dalam kesempatan tersebut juga dihadiri oleh PT Ikon Aviasi Indonesia dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Salah satu misi NASA HUNCH adalah memberdayakan dan menginspirasi siswa melalui program pembelajaran berbasis proyek. Pada program tersebut, siswa sekolah bisa mengembangkan keterampilan dan memiliki kesempatan untuk meluncurkan aplikasi mereka," katanya di Solo Technopark, Minggu (5/5/2024).
Untuk itu, pihaknya harus menambah ekosistem edukasi di Indonesia mengenai antariksa. Salah satunya, dengan meningkatkan ketertarikan pada siswa tentang space industri.
"Kami harus menambah sistem edukasi di Indonesia tentang antariksa saat ini, salah satunya dengan meningkatkan ketertarikan para siswa di sekolah menengah tentang space industri sebelum nantinya mereka dapat mengimplementasikan di jenjang perguruan tinggi," ujarnya.
Sementara itu, Pendiri OculloSpace, Dr Franco Gan menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan antariksa. Apalagi, Indonesia didukung dengan sumber daya dan tempat.
"Bahkan bisa membentuk ekosistem industri ruang angkasa, mulai dari pabrik, sparepart, dan semua komponen di Indonesia sudah menyediakan. Bahkan ini bisa berlaku jangka panjang," ucapnya.
Meski begitu, ia menyebut Indonesia masih membutuhkan proses. Dalam hal ini mengenai pendidikan ruang angkasa yang harus dikenalkan sejak dini.
"Pendidikan mengenai ruang angkasa dikenalkan sedini mungkin, yakni mulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi. Ini harus berjalan langkah demi langkah. Mulai dari dibangunnya proyek NASA HUNCH dan Occullospace," tuturnya.
Sedangkan saat ini NASA HUNCH sendiri sudah memiliki sekitar 500 program yang diimplementasikan di sebanyak 190 sekolah menengah atas dengan melibatkan 3.200 siswa di lima pusat NASA.
Program tersebut tersebar di 37 negara bagian di Amerika Serikat. Hingga saat ini ada delapan bidang fokus utama yang dikembangkan oleh NASA HUNCH, yakni perangkat keras atau permesinan presisi, softgoods atau artikel penerbangan yang dijahit, desain dan prototipe, konfigurasi penerbangan, kuliner atau ilmu pangan, video dan media, perangkat lunak, serta ilmu biomedis.
Terpisah, Dewan Pengarah BRIN Prof Marsudi Wahyu Kisworo menyebut Indonesia memang kaya sumber daya baik sumber daya alam, laut hingga sumber daya angkasa.
"Ya selama ini yang kita lihat kan sumber daya alam, seperti tambang dan lain-lain. Selain itu juga ada sumber daya laut. Padahal Indonesia juga punya sumber daya angkasa," ungkapnya.
Dirinya menyebut nantinya akan melibatkan universitas untuk melakukan penelitian dan mewujudkan industri space di Indonesia.
"Ini yang pertama jadi tadi saya sempat terkejut ternyata kalau bicara soal industri space itu tidak hanya bicara soal satelit dan roket, bahkan sederhana mulai dari tasnya astronaut, sepatunya astronaut, makanannya," ujarnya.
Ia melihat selama ini ada sumber daya angkasa yang masih terabaikan. Untuk itu ke depan BRIN akan mengeksplorasi sumber daya angkasa.
"BRIN ke depan harus juga mengeksplorasi sumber daya angkasa atau yang disebut dengan ekonomi ruang angkasa. Misalnya bicara rocket, ada sumber daya pendukungnya, seperti makanan, baju astronaut," pungkasnya.
(rih/rih)