Ini Pengertian Dejavu dan Alasan Mengapa Seseorang Sering Mengalaminya

Ini Pengertian Dejavu dan Alasan Mengapa Seseorang Sering Mengalaminya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Sabtu, 04 Mei 2024 14:23 WIB
A billboard in a field with the words dejavu printed in large letters
Ilustrasi dejavu. Foto: Getty Images/iStockphoto/icimage
Solo -

Pernahkah kamu melakukan sesuatu, kemudian merasa seolah-olah sudah pernah melihat, mendengar, atau merasakannya di masa lalu? Fenomena ini dikenal sebagai dejavu, sebuah pengalaman psikologis yang terbilang umum dan membingungkan. Namun, apa pengertian dejavu itu sendiri?

Dejavu sering digambarkan sebagai perasaan familier dengan situasi yang sebenarnya baru. Orang yang mengalami dejavu mungkin merasa yakin bahwa mereka pernah mengalaminya sebelumnya, meskipun secara logis mereka tahu bahwa itu tidak mungkin.

Penasaran dan ingin tahu lebih lanjut tentang dejavu? Mari simak penjelasannya yang dirangkum dari artikel Unveiling the Mystery of DeΒ΄ja` Vu: The structural Anatomy of DeΒ΄ja` Vu oleh Milan Bradzil dkk yang dipublikasikan pada jurnal Cortex 48 (2012), DΓ©jΓ  Vu Experiences in Healthy Subjects are Unrelated to Laboratory Tests of Recollection and Familiarity for Word Stimuli oleh Akira R O Connor dan Chris J A Moulin yang dipublikasikan pada Jurnal Fronters in Psychology (2013), serta laman Cleveland Clinic.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Dejavu

Dejavu adalah pengalaman aneh di mana seseorang merasa situasi tertentu telah dia alami sebelumnya, meskipun sebenarnya tidak. Ini bisa terjadi pada sebagian besar orang sehat, tetapi juga dapat menjadi gejala gangguan otak, terutama pada epilepsi.

Penelitian menunjukkan bahwa pada orang yang mengalami dejavu, terjadi aktivitas yang tidak biasa di beberapa bagian otak. Ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan dalam fungsi atau struktur otak antara orang yang mengalami dejavu dan yang tidak.

ADVERTISEMENT

Untuk memahaminya lebih lanjut, sebuah penelitian dilakukan menggunakan pencitraan otak untuk melihat perbedaan struktur otak antara orang yang mengalami dejavu dan yang tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam beberapa wilayah otak yang terlibat dalam memori dan pengalaman emosional.

Hasil dari penelitian Ini menunjukkan bahwa proses di balik dejavu bisa berbeda pada orang yang sehat dan pada mereka yang mengalami gangguan otak seperti epilepsi.

Mengapa Seseorang Sering Mengalami Dejavu?

Menurut Dr Khoury, seorang ahli neurologi, dejavu terjadi karena ada gangguan komunikasi antara dua bagian otak yang bertanggung jawab atas ingatan dan kefamiliaran. Ketika terjadi kesalahan komunikasi ini, otak menciptakan ilusi dejavu.

Otak memiliki dua bagian yang disebut lobus temporal di kedua sisi kepala, tepat di atas pelipis. Bagian ini sangat penting karena membantu kita mengingat kata-kata, tempat-tempat yang pernah kita kunjungi, mengenali orang-orang, memahami bahasa, dan menafsirkan emosi orang lain.

Di dalam lobus temporal, terdapat bagian yang disebut hippocampus yang berperan dalam menyimpan memori jangka pendek. Kadang-kadang, terutama saat terjadi jenis-jenis kejang tertentu, hippocampus dan sekitarnya bisa aktif secara tidak normal, menyebabkan kita merasakan pengalaman seperti dejavu.

Aktivasi yang tidak normal ini membuat sistem otak yang bertugas mengingat informasi menjadi bingung, sehingga kita merasakan kefamiliaran palsu yang dialami saat dejavu terjadi. Dengan kata lain, dejavu bisa dijelaskan sebagai reaksi otak terhadap gangguan dalam cara otak berkomunikasi untuk mengingat dan mengenali hal-hal sehari-hari.

Apakah Dejavu Merupakan Hal yang Normal?

Dejavu adalah pengalaman yang normal dan tidak jarang terjadi pada sebagian besar orang. Biasanya, dejavu terjadi pada mereka yang berusia antara 15 hingga 25 tahun, dan kecenderungan untuk mengalaminya akan berkurang seiring bertambahnya usia. Dejavu juga lebih sering terjadi pada malam hari dan akhir pekan daripada hari-hari kerja.

Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk mengalami dejavu termasuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, sering bepergian, mengingat mimpi-mimpi, dan memiliki kecenderungan kebebasan dalam berpikir atau keyakinan yang liberal.

Meskipun dejavu merupakan fenomena yang normal, jika mulai terjadi lebih sering atau disertai dengan gejala lain, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut.

Jadi, sudah tidak penasaran mengapa kita sering mengalami dejavu kan, detikers? Semoga penjelasan di atas bermanfaat!




(apl/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads