Kasus kematian orang akibat terpapar bakteri Leptospirosis muncul di Solo. Perempuan warga Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, berinisial SH (60), dilaporkan meninggal dunia karena leptospirosis.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Dra Setyowati mengatakan pihaknya belum mendapatkan laporan resmi terkait hal itu.
"Mungkin baru suspek. Kita tidak bisa menyampaikan kasus perorangan, kecuali itu wabah," kata Setyowati saat dihubungi detikJateng, Sabtu (23/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, leptospirosis ditularkan melalui urin tikus baik secara langsung maupun tidak langsung. Bakteri itu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka. Bakteri ini mudah tersebar pada tempat yang basah.
Selain leptospirosis, penyakit lain yang dapat disebarkan urin tikus adalah pes. "Kalau pes sudah lama tidak ada kasus itu," jelasnya.
Kasus Leptospirosis dulunya pernah ditemukan di Kota Solo. Beruntung kasus itu tak sampai masuk katerori KLB (Kejadian Luar Biasa).
Gejala ringan dan sedang orang yang terinfeksi Leptospirosis akan merasakan demam, lemas, pusing, nyeri otot. Dalam kondisi berat, akan mengalami pendarahan mata.
"Yang penting tetap waspada. Terlebih kalau lingkunganya banyak tikus, dan ada orang memiliki luka. Pencegahannya dengan cara selalu menjaga kebersihan," jelasnya.
Sempat Didiagnosa DB
Kasus kematian orang karena bakteri Leptospirosis, muncul di Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, yang menyerang perempuan berinisial SH (60).
Anak perempuan SH, Asih Tuti Mei Tini (39) mengatakan, ibunya mulai merasakan sakit pada Minggu (17/3) lalu. Awalnya sang ibu merasakah gejala demam, pusing, mual, dan pegal-pegal.
"Sakitnya mulai Minggu sore, kita kiranya masuk angin biasa. Sudah diberi obat, tapi pas dicek lagi, belum mendingan," kata Asih saat ditemui detikJateng, Sabtu (23/3/2024).
Karena kondisinya yang belum membaik, SH kemudian dirujuk ke RSUD Ibu Fatmawati Soekarno, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut pada Selasa (19/3).
Namun kondisi SH semakin menurun hingga sempat dilarikan ke ICU. Saat tim dokter melakukan pemeriksaan, SH terkena leptospirosis. Wanita yang berprofesi sebagai asisten ibu rumah tangga itu menghembuskan nafas terakhir pada Rabu (20/3).
"Awalnya diagnosanya demam berdarah (DB). Besoknya di-lab lagi, ternyata (leptospirosis)," jelasnya.
Saat disinggung apakah SH memimiki luka, Asih mengatakan tidak. Namun kulit telapak kaki ibunya kering dan pecah-pecah.
Pihak Puskesmas juga sempat melakukan pemeriksaan kondisi rumah. Nampak, rumah SH cukup bersih, dan tidak terdampak banjir.
"Kenanya dimana, kita juga tidak tahu. Virus juga tidak kelihatan. Kita juga tidak mau menyalahkan sana-sini, mungkin takdirnya ibu sudah begitu," pungkasnya.
(aku/aku)