- Kumpulan Contoh Cerita Bertema Ramadhan Contoh Cerita Tema Ramadhan #1: Haydar Tidak Tidur Saat Tarawih Contoh Cerita Tema Ramadhan #2: Cerita Ramadhan Contoh Cerita Tema Ramadhan #3: Seperti Seteguk Air yang Dingin Contoh Cerita Tema Ramadhan #4: Ramadhan Penuh Berkah Contoh Cerita Tema Ramadhan #5: Kewajiban untuk Berzakat Fitrah Contoh Cerita Tema Ramadhan #6: Saling Menasehati dalam Kebenaran Contoh Cerita Tema Ramadhan #7: Umar bin Khattab Mencium Hajar Aswad karena Sunnah Nabi Contoh Cerita Tema Ramadhan #8: Jalan-jalan Setelah Sholat Subuh Contoh Cerita Tema Ramadhan #9: Ramadhan Makin Mesra Contoh Cerita Tema Ramadhan #10: Uswah Cinta Al-Quran
Selama bulan suci Ramadhan tidak jarang para siswa akan diminta untuk mengerjakan tugas menuliskan cerita bertemakan Ramadhan. Sebagai referensi, berikut uraian contoh-contoh cerita tema Ramadhan yang inspiratif dan penuh pesan berharga seputar agama Islam.
Dengan membaca cerita bertemakan Ramadhan yang penuh dengan pesan moral dan menginspirasi, diharapkan dapat menjadi salah satu kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi hadirnya bulan mulia ini. Bukan hanya itu, contoh-contoh cerita tema Ramadhan yang akan dipaparkan nantinya juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi para siswa yang mendapatkan tugas sekolah untuk membuat cerita dengan tema serupa.
Penasaran ingin mengetahui seperti apa contoh cerita bertemakan Ramadhan yang inspiratif dan penuh pesan moral? Simak artikel ini ya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Contoh Cerita Bertema Ramadhan
Contoh cerita bertema Ramadhan yang akan dipaparkan di bawah ini tidak terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan Ramadhan saja, tetapi juga termasuk amalan-amalan hingga kisah Islami lainnya. Mengutip dari buku 'Kisah Ramadhan Mahasiswa Rantau di 5 Benua' karya Muhammad Sabiq, dkk., '20 Kumpulan Cerita untuk Anak Hebat' karya Endang Fatmawati, hingga 'Pernak Pernik Ramadhan' yang disusun oleh Anggrayu Kurnia, dkk., berikut kumpulan cerita tema Ramadhan yang dapat dijadikan sebagai referensi bacaan:
Contoh Cerita Tema Ramadhan #1: Haydar Tidak Tidur Saat Tarawih
Menjalani ibadah tarawih memiliki keutamaan. Sholat tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah di bulan Ramadhan. Sholat tarawih hanya dilakukan setahun sekali. Waktu sholat tarawih dilaksanakan pada malam hari setelah sholat isya.
Jadi, dari sisi waktunya memang rawan ngantuk. Rasa lelah setelah sehari berpuasa kadang membuat rasa kantuk datang menyerang saat salat tarawih. Apalagi jika buka puasanya kenyang, pasti memicu rasa kantuk. Hal ini karena saat perut penuh makanan, maka bisa membuat gerak tubuh menjadi slow respon.
Namun, berbeda dengan yang terjadi kepada Haydar. Ia jarang mengantuk saat tarawih. Ia selalu mengikuti imam saat salat tarawih dari awal hingga selesai. Bahkan saat mendengarkan kultum, ia juga tampak bersemangat dan tidak menguap.
Yang jelas, ia tidak mengantuk saat tarawih hingga teman-temannya memuji.
"Hebat kamu, Dar, tidak mengantuk ketika sholat tarawih," ujar Rafa.
"He ... he ... iya, alhamdulillah," jawabnya.
"Apa sih tips agar tidak mengantuk saat tarawih?" tanya Rafa.
"Aku biasanya mengawali dengan niat, menyempatkan tidur siang walau sebentar, berbuka puasa dengan porsi yang cukup, tidak rebahan setelah berbuka puasa, serta minum air putih yang cukup," jelas Haydar.
"Begitu ya, Dar. Baiklah, besok aku akan mencoba," ujar Rafa sambil membetulkan peci yang dipakainya.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #2: Cerita Ramadhan
Menjelang datangnya bulan suci berbagai tradisi dilakukan salah satunya adalah ziarah ke makam orang-orang yang sekiranya telah mendahului kita. Tujuannya adalah untuk mendoakan agar para pendahulu kita diberikan kelapangan di dalam kubur serta dijauhkan dari api neraka, sekaligus mengingatkan bahwa kelak kita semua akan merasakan yang dinamakan dengan kematian dan akan mempertanggungjawabkan segala amal dan perbuatan kita di hadapan Allah SWT.
Jam menunjukkan arah pukul setengah tiga pagi tiba anak-anak kecil dari kampung saya beraksi, dengan alat musik seadanya seperti botol minuman kaca, galon air mineral, hingga membuat musik dari mulut mereka sendiri atau yang saat ini dikenal dengan beatbox dengan diiringi musik tersebut mereka dengan lantang meneriakkan "sahur... sahur... sahur...." dengan tujuan agar setiap warga yang muslim bangun untuk menjalankan sahur. Sungguh mulia sekali perbuatan mereka,karena di dalam sahur terdapat faedah yang dapat menunjang kita ketika menjalankan ibadah puasa, walaupun di dalam Islam hukum menjalankan sahur adalah sunnah.
Seiring berjalannya waktu tradisi ini pun mulai luntur, tidak ada lagi anak-anak kecil yang dengan riang gembira membangunkan untuk sahur. Mungkin karena semakin berkembangnya zaman acara-acara yang berada di televisi yang memakai kemasan islami namun tetap berunsur hiburan membuat anak-anak zaman sekarang malas untuk keluar rumah dan hanya nongkrong di depan layar televisi.
Sore hari menjelang orang-orang sudah mulai sibuk dengan aktivitas yaitu menyajikan dagangan khasnya untuk berbuka puasa mulai dari pedagang kaki lima yang biasa mangkal di pinggir jalan hingga pedagang musiman yang berdagang di saat momen bulan suci Ramadhan. Mereka menyajikan sajian makanan menggugah selera dan pemandangan ini hanya terlihat saat bulan suci Ramadhan. Banyak sekali terlihat muda-mudi ngabuburit berkeliling kota sambil menghabiskan waktu untuk menunggu waktu berbuka puasa, mereka melakukan atraksi-atraksi jalanan sambil melihatkan keahlian mereka dalam memainkan kendaraan motor mereka seakan-akan rasa takut dari dalam hati pengendara tersebut lenyap dan dengan mudahnya melakukan atraksi tersebut.
Bukan hanya pedagang kaki lima saja yang mendapat keuntungan saat bulan Ramadhan, pusat perbelanjaan pun ikut kebagian untung karena bulan suci Ramadhan. Selalu setiap menjelang akhir bulan Ramadhan semua orang berbondong-bondong ingin membeli baju baru dikarenakan hari raya lebaran akan tiba atau bisa jadi para karyawan sudah mendapatkan tunjangan hari raya (THR). Mereka ingin membahagiakan keluarga mereka dengan mempersembahkan baju baru untuk dipakai kelak di momen hari lebaran. Banyak sekali diskon yang ditawarkan sehingga membuat banyak orang tertarik untuk membeli baju baru.
Setiap malam menjelang suara petasan selalu terdengar dengan keras hingga telinga ini rasanya ingin pecah namun kegembiraan tetap terpancar dari raut wajah anak-anak yang masih lugu dan polos ini walaupun tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya bahaya sedang mengancam mereka dikarenakan bermain petasan. Banyak kejadian buruk yang terjadi akibat memainkan petasan seperti cedera luka, kehilangan salah satu anggota tubuh, bahkan bisa sampai kepada kematian apabila kurang berhati-hati dalam menggunakannya. Namun mereka tetap saja tidak menghiraukan yang terpenting di dalam pikirannya adalah kesenangan sesaat saat bermain petasan di bulan Ramadhan.
Bukan hanya itu Allah juga memberikan kemudahan kepada hambanya dalam melaksanakan Qiyamul Lail di bulan Ramadhan yaitu dengan sholat tarawih yang apabila dilaksanakan pahalanya sama dengan sholat di sepertiga malam. Selepas sholat tarawih terdengar lantunan merdu ayat-ayat suci Al-Quran dari anak-anak yang sedang melakukan tadarus di masjid suaranya yang merdu membuat hati ini terasa nyaman dan tentram. Ya Allah andaikan engkau memberikan hamba waktu izinkan hambamu ini untuk bertemu di bulan suci-Mu yang akan datang. Masih banyak dosa dan kekhilafan yang tertanam di dalam diri ini. Semoga kita dijadikan hamba yang beriman dan bertaqwa di hadapan Allah SWT.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #3: Seperti Seteguk Air yang Dingin
Bagi anak rantau hiperbola seperti saya, kampung halaman adalah tempat ternyaman saat hiruk pikuk Ramadhan tiba. Bagaimana tidak? Coba bayangkan kolak pisang berteriak dari Sabang sampai Merauke? Begitu juga es buah bu Martini yang menggoda, juga siomay pak Baharudin yang trenyuh. Dan yang lebih cetar dan membahana adalah tanakan nasi ibu saya, yang tak ada duanya.
Namun tragisnya, hal-hal di atas akan menjadi ekspektasi semata. Realitanya, hiruk pikuk Ramadhan saya di Negeri Paman Sam, diawali dengan segudang pertanyaan yang menyambar bak saya adalah seorang anggota perkumpulan ulama yang pandai berdiplomasi.
"Mengapa berpuasa? Tidak makan satu hari bukankah itu sebuah penyiksaan?"
Pertanyaan seperti ini sudah beribu kali tersembur di telinga saya. Jika saya menjelaskan tentang sunah dan hadis pun mereka tak akan paham. Jadi sebisa mungkin saya jelaskan menurut logika setara otak manusia.
"Sesuatu yang hilang baru akan terasa berharga jika dia sudah pergi, benar?" Kulihat ia mengangguk, "Kita berpuasa seperti semua kemewahan hilang begitu saja, lalu saat kita kembali mendapatkan kemewahan itu, kita akan merasa lebih menghargai apa yang kita miliki selama ini ternyata sudah cukup"
Orang itu kembali mengangguk mengerti. Senang rasanya melihat kepuasan terpancar dari wajah-wajah yang haus akan pengetahuan Islam. Karna pertanyaan sepele yang sering dilontarkan kepada saya seperti, "Pada musim panas ada Negara yang berpuasa selama 23 atau bahkan 24 jam, apakah itu manusiawi?" pertanyaan itu kembali membuat saya berusaha berdiplomasi sebagus mungkin, "Ada sebuah anjuran yang menyatakan negara yang waktu berpuasanya sangat lama dapat mengikuti waktu puasa pada negara terdekat lainnya yang waktu puasanya lebih sedikit"
Tak sampai di sana, ia kembali bertanya, "Apakah Islam membahas itu dengan detail, di mana saya dapat menemukan landasan itu semua?"
Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang menguras pengetahuan saya yang tak seberapa ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang membuat saya rajin-rajin mempelajari agama saya sendiri di sebuah negara asing ini. Saya berusaha membaca sebanyak mungkin buku tentang Islam, agar ketika ada yang meminta penjelasan tentang jihad, saya dapat meluruskan pandangan mereka tentang Islam yang bukan teroris.
Di negara yang adikuasa ini, rasanya suara adzan tampak seperti makanan yang sangat mewah bagi saya. Ketika terbangun dari tidur dan menjalankan ibadah sholat shubuh, tak afdol rasanya tanpa mendengarkan adzan. Walaupun begitu, masyarakat di sini sangat toleran tentang kebebasan beragama. Tak seperti yang saya takutkan, toh nyatanya saya tidak ada kesulitan untuk melaksanakan wudhu, sholat lima waktu, dan herannya di sini saya lebih sering membaca Al-Quran.
Selain itu, saya terkejut bahwa setiap kali hari menjelang berbuka puasa, saya justru menanti-nantikan untuk berkumpul dengan teman- teman komunitas muslim, dan itu adalah hal yang tak pernah saya lakukan di kampung halaman saya. Boro-boro ikut komunitas muslim, perkumpulan pemuda kampung saja saya tak pernah hadir.
Namun di sini, semuanya tampak sangat bertolak belakang dengan kebiasaan saya di kampung halaman. Saya akan begitu antusias sekali ketika teman-teman di sini sekedar berbagi cerita tentang kesehariannya, dan kami merasa seperti teman senasib.
Seperti halnya ketika saya berpapasan dengan Bu Murtini di warung es buahnya di Indonesia, saya akan merasa itu tampak biasa saja. Namun bayangkan ketika berjumpa dengannya di Amerika, bahkan hanya menyapa saja tak akan cukup untuk melampiaskan perasaan bahagia kita berjumpa dengan sesama orang Indonesia. Saya tak perlu berbicara dengan logat yu an ai lagi, dia juga tak akan menanyai saya dengan pertanyaan agama tingkat tinggi, begitulah rasanya mempunyai teman senasib.
Saya jadi teringat dengan sebuah kutipan kalimat dari Imam Syafi'i. Bahwa, ketika kita jauh dari rumah, kita akan mendapatkan rumah itu sendiri. Ketika kita jauh dari keluarga, kita akan mendapatkan kehangatan keluarga itu sendiri. Hal itu nyatanya benar. Tidak ada yang tahu saya bahkan lebih memahami agama saya sendiri di sebuah negara di mana Islam adalah kaum minoritas. Tidak ada yang tahu bahwa selama ini sepatutnya saya bersyukur dapat menikmati masakan berbuka puasa bersama keluarga di sebuah rumah yang hangat dengan azan magrib yang berkumandang bebas, seakan selalu mengingatkan kita untuk beribadah kepada-Nya.
Namun, saya sangat bahagia dapat berada ditempat ini. Saya beruntung dapat menyadari nikmat-nikmat yang saya sia-siakan selama ini, agar saya lebih bisa bersyukur. Saya juga belajar menghargai setiap waktu kebersamaan, yang dulu lebih saya habiskan dengan menyemarakkan dinding media sosial.
Menurut saya, Ramadhan di negeri orang tampak seperti seteguk air yang dingin: Menyadarkan saya betapa besarnya nikmat yang kita sia-siakan selama ini. Lebih dari wine mahal dan anggur merah, orang- orang tetap tak dapat bertahan hidup tanpa seteguk air saja. Seteguk air yang dingin, karena saya sadar bahwa kehangatannya telah menguap selama ini. Namun tak apa, selagi air itu masih di sana. Seteguk air yang dingin, hanya sesederhana itu.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #4: Ramadhan Penuh Berkah
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Bulan di mana semua amalan ditambah atau dilipat gandakan. Banyak manusia yang menunggu bulan ini. Puasa ini termasuk rukun islam yang ke empat. Puasa saja masuk rukun islam, berarti kita harus menjalankan nya dan tidak boleh meninggalnya kecuali bagi yang halangan atau musafir. Tapi anehnya, waktu bulan puasa masih saja ada warung yang buka dan anehnya hanya kelihatan kakinya saja, haha.
Gunakan bulan ini sebaik-baiknya, karena kita belum tentu bisa ikut bulan Ramadhan tahun depan. Kita juga tidak tahu usia manusia, dan ajal tidak memandang usia, status dan lain-lain. Orang tidur ketika puasa saja dianggap ibadah, apa lagi kita sholat, ngaji, shodaqoh dan lain-lain, itu tambah ibadah kita dilipat gandakan oleh-Nya. Masyaallah indahnya bulan suci. Terkadang banyak manusia yang puasa hanya bisa mendapatkan menahan lapar. Kenapa kok bisa gitu? Karena manusia ketika puasa dan dia membicarakan kejelekan orang lain, mengolok orang lain, memfitnah, mencuri dan lain-lain puasa mereka tidak diterima sama Allah. Karena perbuatan itu semua dilarang oleh Allah SWT. Gunakan waktu puasa dengan sebaik mungkin agar kita mendapatkan pahala dan ridho dari-Nya.
Sibukkan dirimu dengan membaca Al-Quran di saat bulan Ramadhan ini. Karena dengan kita membaca Al-Quran, per huruf saja pahalanya bisa di gandakan apalagi kalau kita membacanya setiap selesai sholat atau waktu kita lagi tidak ada kerjaan. Luangkan waktumu untuk membaca Al-Quran maka waktumu akan lebih bermanfaat, jangan membaca Al-Quran waktu luang. Itu salah! Kita membaca Al-Quran saja Al-Quran bisa menolong kita di akhirat apalagi jika menghafalkannya dan mengamalkannya. Subhanallah.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #5: Kewajiban untuk Berzakat Fitrah
Tak terasa lebaran tinggal dua hari lagi. Sabtu sore, aku membantu ibu menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Ibu juga sibuk menyiapkan beras sebanyak 10 kg untuk berzakat fitrah bagi ibu, bapak, kakak, dan aku.
Aku bertanya kepada ibu tentang zakat fitrah tersebut. Ibu menjelaskan kalau zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib untuk ditunaikan oleh umat muslim. Zakat fitrah diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya.
Dalam Q.S. At-Taubah ayat 60 dijelaskan ketentuan delapan golongan orang yang berhak menerima zakat, yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharimin, fisabilillah, serta ibnu sabil. Selanjutnya, zakat fitrah itu wajib ditunaikan sekali setahun, yaitu sebelum sholat Idul Fitri.
Aku bertanya lagi tentang kewajiban zakat. Ibu menjelaskan bahwa dalam Q.S. At-Taubah ayat 103 dijelaskan, "Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka ...."
Selanjutnya dalam H.R. Abu Daud, "... Barang siapa mengeluarkannya sebelum sholat Idul Fitri, maka itu adalah zakat yang diterima. Bila ia mengeluarkannya setelah sholat Idul Fitri, maka itu menjadi sedekah biasa."
Jadi, zakat fitrah hukumnya wajib ditunaikan bagi setiap muslim. Oleh karena makanan pokok di Indonesia itu mayoritas beras, maka zakat fitrah berupa 2,5 kg beras yang disesuaikan dengan konsumsi sehari-hari.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #6: Saling Menasehati dalam Kebenaran
Azkadina saat ini kelas dua SD. Teman-temannya biasa memanggilnya dengan sebutan Dina. Ia dijemput Bapaknya setiap pulang sekolah. Sepanjang perjalanan, Dina yang salihah terus bertanya kepada bapaknya. Terlebih jika mobil berhenti saat tanda lampu merah menyala di traffic light.
"Mengapa kita hidup harus saling menasihati?" tanya Dina sambil menolehkan kepala ke wajah bapaknya yang sedang menyetir mobil.
"Ya, karena manusia tempatnya salah, nak. Jadi membutuhkan nasihat agar kita tidak merugi. Surat Al-Ashr menjadi pedoman kebajikan. Di dalamnya berisi pesan saling menasihati dalam kebenaran," jawab Bapak.
"Oh, begitu ya, pak?" ucap Dina.
"Iya betul, nak. Hidup harus saling menasihati. Memperbaiki yang salah dan mengingatkan yang lupa. Orang-orang yang tidak merugi itu adalah orang beriman. Cirinya adalah beramal saleh dan saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. Kewajiban bagi setiap muslim, yaitu bersungguh-sungguh dalam memberikan nasihat. Allah memberikan petunjuk kepada hamba-Nya di dalam Al-Quran surah Al-Ashr ayat 2 sampai 3," jawab bapak.
Sesampainya di rumah, Dina masih saja mengajukan pertanyaan. Rasa ingin tahunya tinggi sekali. Percakapan pun dilanjut di ruang tamu. Hingga tak terasa adzan dhuhur telah berkumandang.
"Ayo, nak! Segera ambil wudhu. Kita sholat berjemaah, ya!" ajak bapak sambil menggandeng Dina menuju musala.
"Iya, bapak," jawab Dina dengan semangat.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #7: Umar bin Khattab Mencium Hajar Aswad karena Sunnah Nabi
Adik-adik yang baik, tahukah kalian bahwa Hajar Aswad itu batu yang diturunkan dari surga? Batu itu awalnya lebih putih dari susu. Karena dosa manusia, batu tersebut menjadi berwarna hitam. Rasulullah bersabda, "Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya."
Bahkan Umar bin Khattab juga mencium Hajar Aswad karena pernah melihat Rasulullah menciumnya. Jadi, adik-adik harus tahu bahwa mencium Hajar Aswad itu termasuk ajaran Nabi. Rasulullah selalu mencium Hajar Aswad ketika akan melaksanakan umrah. Para sahabat juga melaksanakan ajaran baginda Rasul, seperti halnya Umar ketika mencium Hajar Aswad. Hajar Aswad hanyalah sebongkah batu sehingga hal yang perlu diingat bahwa yang mendatangkan manfaat dan mudarat hanyalah Allah.
Mencium Hajar Aswad juga dikenal sebagai istilam. Caranya dengan meletakkan tangan pada Hajar Aswad dan menempelkan mulut pada tangan dan menciumnya. Pada saat ibadah haji, jika kita tidak memungkinkan mengusap dan menciumnya, maka bisa memberikan isyarat ke arahnya.
Mengusap dan mencium Hajar Aswad itu untuk mengikuti kebiasaan Rasulullah, sebagai bukti cinta umatnya kepada beliau. Kisah Umar bin Khattab memberi hikmah kepada kaum muslimin untuk ikhlas dan mengikuti tuntunan Nabi.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #8: Jalan-jalan Setelah Sholat Subuh
Kegiatan ini kebanyakan dilakukan oleh anak-anak dan para remaja, bahkan tak jarang juga kakek-nenek pun ada yang melakukan kegiatan jalan-jalan setelah subuh ini juga. Jalan-jalan setelah sholat subuh ini sebenarnya memang dapat dilakukan kapan saja terutama di hari libur. Sepertinya bagi kebanyakan orang, jalan-jalan selepas subuh ini menjadi salah satu kegiatan yang cukup menyenangkan ketika dilakukan di bulan Ramadhan, meskipun mungkin bagi beberapa orang lainnya kembali tidur selepas sholat subuh. Padahal, sayang sekali kan, banyak sekali kegiatan bermanfaat yang dapat kita lakukan setelah selesai sholat subuh dibandingkan dengan tidur di pagi hari, salah satunya dengan jalan-jalan subuh ini.
Jalan-jalan di waktu subuh ini termasuk ke dalam olahraga raga ringan, yang tentu saja kan setiap olahraga itu akan memiliki efek menyehatkan bagi tubuh kita. Jalan-jalan di waktu subuh juga akan sangat baik bagi pernapasan kita, sebab udara pagi hari di waktu subuh itu masih sangat segar dan bersih. Sinar matahari di bawah jam 9 pagi juga cukup baik bagi kesehatan kulit kita. Apalagi jika kita melakukan jalan-jalan subuh di tempat yang banyak penghijauan seperti pepohonan, hal ini dapat membantu menjernihkan penglihatan mata kita.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #9: Ramadhan Makin Mesra
Ramadhan merupakan bulan kemesraan. Betapa ayat-ayat Allah yang syahdu telah banyak menerangkan begitu dekatnya Allah dengan hamba-Nya. Salah satunya, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al-Baqarah: 186). Allah Maha Dekat bukan sekedar dekat. Namun dekat untuk mengijabah doa yang kita panjatkan kepadaNya.
Kapan kita terakhir bermunajat sungguh-sungguh dengan Allah? Jangan-jangan sebulan yang lalu? Dua bulan lalu? Atau awal tahun 2017? Apa jangan-jangan Allah kasih nih bulan Ramadhan khawatir kita nggak pernah mesra dengan Allah kalau Allah tidak memberi bulan yang namanya bulan Ramadhan. Karena dengan kita merasakan nikmatnya bermesraan dengan Rabb kita maka akan berdampak kepada kemesraan lainnya.
Pertama, Rasulullah. Betapa banyak anjuran untuk dekat dengan Rasulullah salah satunya dengan bersholawat. Yang merupakan bukti cinta kita kepada Nabi Muhammad Sallahu alaihi wa sallam. Mengikuti sunnah-sunnah dalam bulan Ramadhan, dari menu berbuka puasa hingga sahur yang dicontohkan untuk kita tiru. Yang dengan mengamalkannya terasa begitu dekat kita dengan Baginda Nabi Muhammad. Betapa senangnya hati bisa mengamalkan sedikit dari banyak amalan rasulullah tercinta. Mesra selanjutnya juga kita rasakan dengan keluarga kita.
Betapa bulan Ramadhan beberapa diantara kita mempertemukan kita dengan keluarga (bagi perantau). Bisa jadi beberapa lainnya setiap hari bertemu dengan keluarga namun tidak ada suatu hal yang menarik alias biasa saja. Namun di bulan Ramadhan, momen berbuka puasa pun merupakan momen yang bermakna.
"Bagi orang yang melaksanakan berpuasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan RabbNya" (Muttafaqun'alaih).
Maksud hadits di atas kegembiraan hati si mukmin atas keberhasilan menjaga puasa dari pembatal dan perusaknya, lebih besar dari kesenangannya untuk berbuka. Betapa syahdu penantian raga yang puasa untuk berbuka. Lebih indah lagi penantian hati yang beriman untuk jumpa Allah di Surga. Tak heran momen ini direncanakan dengan sedetail mungkin ngabuburit apa yang akan dilakukan, dimana, kapan, ingin berbuka dengan makanan apa. Padahal esensi berbuka yaitu nikmat kita berkumpul bersama keluarga dan orang yang terdekat. Dilihat dari hadits berbuka saja sudah begitu bahagianya kita, manusia seakan-akan ingin menyempurnakan kebahagiaannya dengan berbuka bersama orang-orang tercinta.
Sekedar untuk menjaga, jangan sampai terbuai dengan sajian berbuka. Ini salah satu kelalaian yang bisa berakibat fatal menjadi lupa bahwa ada do'a yang tak tertolak dan tak tersia. "Sesungguhnya orang yang shaum itu sampai berbuka memiliki (kesempatan) doa yang tidak akan ditolak" (HR Ibnu Majah).
Kemesraan juga dirasakan bagi mereka yang membutuhkan, Sering kita dengar bulan Ramadhan bulan berbagi dengan sesama, Kemesraan yang terselubung yang akan dirasakan bagi mereka penerima. Apa iya akan dirasakan kemesraan, manfaat , dan berkahnya pemberian apabila si pemberi tak ikhlas dan tulus? Begitu dalam rasa mesra yang tidak bisa kita rasakan selain dengan peka nya perasaan.
Kemesraan di sini bukan berarti suatu hal yang vulgar melainkan betapa nikmatnya kita merasakan Istimewanya bulan Ramadhan antara kita dengan Allah, Rasul Allah, keluarga, teman dekat dan dengan sesama muslim. Dan semua itu akan kembali pada tujuan awal supaya makin mesra kita pada Allah karena tujuannya kesemuanya itu adalah ibadah. Dan tak akan kita rasakan esensi mesra bila di hati kita tak tertanam rasa syukur pada Allah.
Semoga hati kita selalu tertanam rasa syukur yang tak bertepi untuk merasakan nikmat mesra yang tak ada habisnya dengan Allah.
Contoh Cerita Tema Ramadhan #10: Uswah Cinta Al-Quran
Uswah rajin ke masjid untuk sholat maghrib. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengaji Al-Quran sampai sholat isya. Sebelum berangkat ke masjid, temannya yang bernama Syifa selalu menghampirinya.
"Assalamualaikum, Uswah, ayo kita berangkat!" seru Syifa dari pagar depan rumah.
"Waalaikumsalam, iya Shifa," jawab Uswah.
Mereka berdua sudah mengenakan mukena bagian atas dan bergegas ke masjid. Malam itu Ustazah Ahsadah mengajari hukum bacaan tajwid. Anak-anak yang mengaji pada malam itu terlihat sangat senang karena mendapatkan ilmu baru.
Tajwid merupakan bahasa Arab dan berasal dari kata jawwada. Jadi, jika Al-Quran dibaca dengan tajwid maka akan menjadi bagus. Tajwid bisa diartikan mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan benar dan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Ilmu tajwid adalah cara pengucapan dan pelafalan. Hal ini seperti memahami Idzhar Halqi, Idgham Bighunnah, Idgham Bilaghunnah, Idgham Mitslain/Mimi, Iqlab, Idzhar wajib/ mutlak, Idzhar Syafawi, Ikhfa haqiqi, Ikhfa syafawi, serta Qalqalah.
"Kita sudah belajar membaca dengan tartil ya, Syifa?" tanya Uswah.
"Iya, alhamdulillah kita juga paham makhorijul huruf dan tahu kapan kita harus berhenti atau lanjut saat membaca. Tartil itu artinya perlahan-lahan. Ada keistimewaan pahala tersendiri bagi yang membaca dengan tartil." jawab Uswah kemudian.
Uswah yang sholehah mencintai Al-Quran dengan rajin membaca, memahami artinya, mendengarkan, serta mengamalkan kandungan Al-Quran.
Nah, itulah tadi rangkuman contoh-contoh cerita bertemakan Ramadhan yang inspiratif dan penuh pesan moral. Semoga membantu!
(par/ams)