Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) Sudirman Said meminta masyarakat ikut cawe-cawe soal Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hal itu dia sampaikan Sudirman saat ditemui wartawan seusai acara diskusi bertajuk 'Tantangan Demokrasi Kita' di Kota Solo.
"Rakyat tidak boleh membiarkan perilaku yang memperkosa hukum, mengabaikan etik, mengabaikan kepatutan. Bentuknya ya bersuara lewat kritik, demo, tulisan, pamflet, apapun yang itu merupakan pengingat bagi pemegang kekuasaan. Bisa saja lewat wakilnya di DPR," kata Sudirman Said kepada wartawan di lokasi acara di Joglo Putri, Solo, Minggu (17/3/2024).
Sudirman mengingatkan bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi di negara demokrasi. Menurut dia, harus ada kesadaran baru yang didorong terkait dengan suasana politik saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalahnya adalah soal pimpinan tertinggi negara yang melakukan segala hal, sampai merubah hukum, melanggar etik, keluarganya juga diberhentikan karena melanggar etik untuk kepentingan anaknya. Itu jadi fokus koreksi. Pencalonan presiden semua boleh maju, asal tidak merubah UU," ujar dia.
Menurut Sudirman, pandangan politik sebagian masyarakat masih sangat sederhana, yakni pemilu sekadar agenda 5 tahunan dan yang memberikan keuntungan materi bakal dipilih.
"Saya harap keadaan ini memantik kesadaran bagi penggerak sosial atau rakyat dan parpol, karena tidak semua parpol senang dengan keadaan ini. Untuk mengajak rakyat lebih kritis, melihat aspek kualitas pemimpin yang dipilih. Melihat bansos itu uang negara, uang kita semua, kalau begitu tidak ada kaitan bantuan yang diberikan dengan pilihan politik mereka," ucapnya.
Di sisi lain Sudirman optimistis gerakan rakyat yang kritis terhadap kondisi demokrasi bakal semakin bertumbuh.
"Baru kali ini profesor, dosen, menyuarakan pandangannya begitu masif di berbagai kampus. Itu tandanya keadaan tidak bisa diterima oleh nurani, dan ini semakin kencang. Saya kira akan ketemu gerakan massa mahasiswa dengan pandangan dosen," pungkas dia.
(dil/dil)