Pengungsi Cerita soal Hikmah Banjir Semarang: Bisa Berbuka Bareng-bareng

Pengungsi Cerita soal Hikmah Banjir Semarang: Bisa Berbuka Bareng-bareng

Afzal Nur Iman - detikJateng
Jumat, 15 Mar 2024 19:40 WIB
Warga korban banjir di Semarang berbuka puasa di pengungsian, Jumat (15/3/2924).
Warga korban banjir di Semarang berbuka puasa di pengungsian, Jumat (15/3/2924). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
Semarang -

Puluhan korban banjir saat ini masih mengungsi di Auditorium Universitas Semarang (USM). Di balik penderitaan mereka terkena bencana, ada beberapa hikmah yang mereka rasakan di tengah banjir yang terjadi saat Ramadan ini.

Salah satunya seorang ibu rumah tangga bernama Wahyu (54). Warga Tlogosari itu merasa sedih karena tak bisa memasak menu spesial untuk keluarganya berbuka.

"Sedih, nggak nyangka ternyata banjir nggak bisa masakin keluarga buat buka puasa," ujarnya saat ditemui di tempat pengungsian, Jumat (15/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyu masuk ke pengungsian pada Kamis (14/3) pukul 02.00 WIB. Dia langsung berusaha mencari tempat aman karena satu dari tiga anaknya memiliki disabilitas.

"Saya telepon-telepon terus ke BPBD sampai lima kali saya sampai 'Pak tolong Pak saya punya anak disabilitas'," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Dia masih ingat betul terakhir memasak untuk berbuka, dia menyajikan menu kering tempe, sayur lodeh, dan kerupuk. Saat ini, dia tak bisa lagi memilih menu untuk berbuka.

Meski begitu, dia menilai fasilitas di pengungsian cukup lengkap. Para pengungsi mendapat matras, selimut, makan-minum hingga fasilitas kesehatan.

Karena itu, di sisi lain, dia merasa sedikit senang karena menjadi pengungsi dirinya bisa lebih banyak beristirahat dan lebih banyak berkumpul dengan anak-anaknya. Hal yang menurutnya jarang ia jumpai saat di rumah.

"Kalau di rumah kerja, kerja, kerja kalau di sini kan gini bisa istirahat. Ya cuma jadi nggak bisa nonton TV," katanya.

Saat ini, air di dalam rumahnya sudah surut, suaminya juga tengah melakukan pembersihan rumah. Rencananya, besok atau lusa dia akan kembali ke rumah.

"Khawatirnya tuh ujug-ujug (tiba-tiba) naik lagi sampai tinggi. Kalau sudah nggak hujan, sana sudah bersih baru kembali," tambahnya.

Cerita lainnya datang dari pekerja asal Pati yang merantau di Semarang, Indah (29). Dia, memilih tinggal di pengungsian karena tak ingin merepotkan orang lain.

Meski begitu, dia mengaku cukup menikmati menjadi pengungsi. Sebab, di pengungsian dia bisa berbuka bersama-sama dengan pengungsi lainnya.

"Enak di sini kalau buka bareng-bareng kalau di kos sendirian," ujarnya.

Namun tetap saja, dia berharap banjir cepat surut dan bisa kembali ke kos. Menurutnya, banjir membuat segalanya lebih sulit.




(ahr/apl)


Hide Ads