232 Warga Trimulyo Semarang Ngungsi di Masjid, Lurah: Butuh Selimut dan Obat

232 Warga Trimulyo Semarang Ngungsi di Masjid, Lurah: Butuh Selimut dan Obat

Afzal Nur Iman - detikJateng
Jumat, 15 Mar 2024 17:28 WIB
Kondisi banjir di Trimulyo, Semarang, Jumat (15/3/2024).
Kondisi banjir di Kelurahan Trimulyo, Semarang, Jumat (15/3/2024). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
Semarang -

Lurah Trimulyo, Sugito menyebut saat ini ada 232 warganya yang mengungsi akibat banjir yang melanda Kota Semarang. Mereka saat ini membutuhkan selimut hingga obat-obatan.

"Saat ini yang mengungsi terutama di Masjid Baitul Manan itu sekitar 97 orang, kemudian yang di masjid RW 3 itu sekitar 75, kemudian yang mengungsi di musala RT 2/RW 2 Musala Baitul Wahid itu sekitar 60 orang," ujarnya saat ditemui di Posko Banjir Kelurahan Trimulyo, Jalan Kaligawe, Semarang, Jumat (15/3/2024).

Dia menyebut pengungsi dalam kondisi memprihatinkan. Mereka membutuhkan bantuan makanan, selimut, hingga obat-obatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya yang mereka butuhkan adalah sembako, selain sembako selimut, obat-obatan juga," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa para pengungsi tidur di tempat yang terkena angin saat malam. Karena itu, penting menurutnya memberi bantuan sesuatu yang memberikan kehangatan.

ADVERTISEMENT

"Mereka tidur di tempat yang di masjid itu kalau malam kena angin kencang jadi dingin. Kadang lampu kalau malam penerangannya kurang sehingga mereka sangat membutuhkan minuman hangat atau makanan yang buat mereka ngemil atau gimana nggak terasa dingin, selimut juga penting," jelasnya.

Selain itu, untuk makan warga pihaknya juga masih mengharap bantuan lebih. Sebab saat ini warga hanya mengandalkan makan dari dapur umum di Kelurahan Bangetayu yang dikirim hanya saat menjelang buka dan menjelang sahur.

Padahal jarak Bangetayu ke Trimulyo cukup jauh dan akses menuju ke sana juga terendam banjir. Saat ini, pihaknya juga sudah mendirikan bantuan di sekitar pintu masuk menuju Kelurahan Trimulyo.

"Kendalanya kita kalau mau mengambil di dapur umum kecamatan kan melalui Jalan Wolter Monginsidi yang jaraknya lumayan jauh padahal di Jalan Wolter Monginsidi itu air sampai 1 meteran jadi kalau mau mengambil saat mau sahur itu warga ada merasa takut dan sebagainya karena selain jauh itu jalan benar-benar terendam air, aksesnya susah," terangnya.

Sugito juga menjelaskan mengapa warga tak mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Katanya, warga memilih mengungsi di dekat rumah agar bisa menjaga rumahnya sendiri.

"Karena mereka nggak mau jauh dari rumahnya. Kan bisa setiap saat mereka nengok rumahnya, kan dari tempat pengungsian dekat, di sana kan juga banyak temannya jadi nggak terasa sepi," pungkasnya.




(ahr/apl)


Hide Ads