Ketua Dewan Pembina Relawan GM (Gerakan Masyarakat) 08, KH Miftah Maulana Habiburokhman atau biasa disapa Gus Miftah berpesan kepada para pemilih pemula untuk memilih calon pemimpin yang sudah memiliki harta kekayaan yang cukup. Pesan itu disampaikan Gus Miftah saat orasi kebangsaan di hadapan para pelajar SMK Diponegoro Jatibarang, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Seruan Gus Miftah untuk memilih calon pemimpin yang sudah kecukupan harta karena masalah terbesar bangsa Indonesia saat ini adalah masalah korupsi. Maka ia berpesan agar pemilih pemula bisa memilih calon pemimpin yang sudah selesai dengan masalah pribadinya. Sehingga, lebih bisa mengutamakan kepentingan rakyat, bukan kepentingan diri maupun golongannya.
"Masalah terbesar bangsa ini apa, korupsi. Kalau kita punya pemimpin yang sudah cukup dengan dirinya sendiri, itu meminimalisir untuk korupsi," ujar Gus Miftah, Senin (29/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Miftah menuturkan, jika calon pemimpin sudah kaya sebelum memimpin, maka kecil kemungkinan ia akan melakukan korupsi. Sebaliknya, jika memilih calon pemimpin yang belum selesai dengan masalah pribadinya, maka ada kemungkinan jika menjadi pemimpin akan memperkaya diri dan golongannya.
"Jika sudah selesai persoalan pribadinya, dia akan fokus pada persoalan rakyat. Coba bayangkan pemimpin belum selesai dengan persoalan pribadinya, ya pasti dia akan mengutamakan kepentingan pribadi dan golongannya," beber Gus Miftah.
Menurut Gus Miftah, politik harus dipahami oleh semua orang, termasuk generasi muda. Anak-anak muda harus memilih pemimpin yang terbaik, karena keputusan terbaik akan diberikan oleh pemimpin yang terbaik.
"Pimpinan yang baik menghasilkan keputusan yang baik. Saya minta agar anak-anak muda bisa memilih pemimpin yang baik juga," tutur pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Sleman tersebut.
Seruan untuk memilih pemimpin yang baik juga dikemukakan oleh Pamor Wicaksono, Ketua DPD Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya Jawa Tengah. Para pemuda harus memilih pemimpin yang memiliki wawasan kebangsaan, komitmen dan program-program yang baik.
"Kita pilih pemimpin yang menjunjung tinggi dasar negara, Pancasila dan UUD 1945 dalam konteks bernegara. Kalau pemimpin tidak menjunjung tinggi ideologi ini, akan jadi apa negara ini," tandasnya.
(apu/rih)