Kisah Pasutri Solo 2 Bulan Tidur Beratap Terpal di Rumah Ludes Terbakar

Kisah Pasutri Solo 2 Bulan Tidur Beratap Terpal di Rumah Ludes Terbakar

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 05 Des 2023 13:55 WIB
Harno dan Widati, pasutri korban kebakaran di Sudiroprajan, yang tinggal dengan hanya beratapkan terpal dan beralaskan tikar, Selasa (5/12/2023).
Foto: Harno dan Widati, pasutri korban kebakaran di Sudiroprajan, yang tinggal dengan hanya beratapkan terpal dan beralaskan tikar, Selasa (5/12/2023). (Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Solo -

Nasib nahas menimpa pasangan suami istri (pasutri) di Kota Solo. Usai rumah mereka terbakar pada awal November, mereka tetap tinggal beratapkan terpal di tengah puing-puing rumahnya yang sudah tak layak huni itu.

Warga Sudiroprajan, Pasar Kliwon, Harno (65) dan Widati (58) mengaku sudah tinggal dengan beratapkan terpal dan beralaskan tikar selama hampir 2 bulan. Kebakaran pada 7 November lalu telah melalap habis 7 rumah di Sudiroprajan. Salah satunya rumah mereka.

"Sebenarnya ya setelah kebakaran itu, suami saya masih tetap di sini. Karena enggak punya tempat. Dari tanggal 7 tidur di sini. Setelah pagi, ini bersih-bersih bersama tetangga," kata Widati, saat ditemui detikJateng, Selasa (5/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak banyak yang bisa dilakukannya, selain bekerja dan mengumpulkan uang untuk membangun kembali rumahnya itu. Widati mengatakan, setiap hari mereka harus tidur beratapkan terpal meski dalam keadaan hujan sekalipun.

"Hujan ya di situ, kepanasan ya di situ," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Widati menambahkan usai kebakaran dirinya sudah menerima banyak bantuan dari Kementerian Sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta Palang Merah Indonesia (PMI).

"Setelah kebakaran itu ada bansos (bantuan sosial) tapi setelah itu udah, nggak ada," ungkapnya.

Harno turut mengungkapkan, dirinya nekat tinggal beratapkan terpal karena rumahnya merupakan warisan dari keluarganya. Segala aktivitas pun terasa lebih dekat jika dia tetap bertempat tinggal di rumahnya itu.

"Saya punya prinsip, wong ini rumah peninggalan orang tua saya. Mau nggak mau, mau saya bangun, dan saya bertekad untuk tinggal di rumah sini," tegasnya.

Ia mengatakan, warga sekitar juga sesekali menampungnya jika hujan lebat turun. Akan tetapi jika hujan reda, ia akan tetap tidur beralaskan tikar di reruntuhan rumahnya.

Selain Harno, terdapat enam rumah lainnya yang juga ludes terbakar. Namun, tinggal pasutri ini yang masih tinggal di bekas rumah terbakar itu. Keluarga lainnya sudah ikut tinggal dengan sanak saudara ataupun menempati Rusunawa Putri Cempo yang disediakan oleh pemerintah melalui Kelurahan Sudiroprajan.

"Kalau mau direlokasi itu kan di rusun, tapi saya pribadi itu saya tolak. Memang tidak ingin sistem seperti itu, pokoknya saya ingin tetap di sini. Dekat dengan pekerjaan saya sehari-hari," ungkap pria yang bekerja di Jaten, Karanganyar itu.

Harno dan Widati, pasutri korban kebakaran di Sudiroprajan, yang tinggal dengan hanya beratapkan terpal dan beralaskan tikar, Selasa (5/12/2023).Harno dan Widati, pasutri korban kebakaran di Sudiroprajan, yang tinggal dengan hanya beratapkan terpal dan beralaskan tikar, Selasa (5/12/2023). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Kumpulkan Uang untuk Bangun Kembali Rumahnya

Kini, ia bertekad akan terus tinggal seadanya sambil mengumpulkan uang untuk membangun kembali rumahnya. Ia pun akan tetap menerima jika ada bantuan dari pemerintah untuk membantu renovasi rumahnya.

"Nggak ada niat sama sekali untuk minta bantuan pemerintah, terkecuali kalau pihak pemerintah datang sendiri ngasih misal tenda, atau apa," tuturnya.

Sebelumnya, Harno dan Widati sudah sempat ingin meminta bantuan kepada Pemkot Solo. Sayangnya, tanah seluas 2x7 meter yang ditempatinya merupakan tanah magersari yang ia bayar sewa per tahunnya Rp 1,5 juta.

Oleh karena itu pemerintah tidak bisa turun tangan untuk membantu renovasi tujuh rumah yang ludes di Jalan Cut Nyak Dien itu.

Pemerintah Tak Bisa Turun Tangan Bantu 7 Rumah yang Ludes Terbakar

Hal itu pun dibenarkan Kasi Pemerintah Kelurahan Sudiroprajan, Agus Prasetyo. Ia mengatakan sebelumnya sudah ada beberapa bantuan yang diberikan bagi para korban terdampak. Dalah satunya adalah relokasi rumah sementara ke Rusunawa Putri Cempo.

"Dari BPBD itu bisa memberikan tempat tinggal sementara di Rusunawa Putri Cempo, itu ada yang kosong lima kamar," kata Agus saat ditemui detikJateng, Selasa (5/12).

Sayangnya, karena beberapa alasan seperti lokasi yang terlalu jauh, ataupun akses menuju kamar yang sulit, dari empat kepala keluarga, hanya satu keluarga yang berkenan untuk tinggal di Rusunawa tersebut.

"Kalau kaitannya dengan merenovasi rumah yang terbakar, memang tidak punya kapasitas ketika rumah itu bukan hak miliknya. Sementara di Sudiroprajan ini mereka adalah warga magersaren," tuturnya.

"Jadi satu petak tanah itu ditempati beberapa KK, berpetak-petak itu, dan sertifikatnya milik orang lain. Memang pemerintah tidak bisa intervensi untuk membangun kembali," sambungnya.

Oleh karena itu, kini pihak kelurahan pun sudah mencoba mengerti apabila Harno dan Widati masih tetap bertekad untuk tinggal di rumahnya dengan hanya beratapkan terpal itu.




(apu/ams)


Hide Ads