Cerita WNI Relawan di RS Indonesia Gaza: Sekitar RS Terus Dibombardir Israel

Internasional

Cerita WNI Relawan di RS Indonesia Gaza: Sekitar RS Terus Dibombardir Israel

Tim detikHealth - detikJateng
Senin, 13 Nov 2023 09:02 WIB
RS Indonesia di Gaza lumpuh, pasokan bahan bakar untuk listrik habis dan obat-obatan ludes
RS Indonesia di Gaza (Foto: BBC World)
Solo -

Relawan dari organisasi kemanusiaan Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Fikri Rofiul Haq menceritakan bagaimana kondisi RS Indonesia dan tenaga medis yang bekerja di Gaza. Di antaranya adalah kondisi sekitar RS yang terus-menerus dibombardir militer Israel.

Dilansir detikHealth, Fikri mengaku dalam beberapa waktu terakhir merasa terguncang. Fikri dan relawan lain hanya berjarak sekitar 20 menit dari rumah sakit ketika bom mulai berjatuhan sekitar 200 meter.

"Tidak ada jaminan keselamatan kami. Hal ini membuat saya merasakan ketakutan yang luar biasa, namun berkat kasih karunia Tuhan, kami terlindungi," ujar Fikri dikutip dari Aljazeera, Senin (13/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Trauma yang kami alami sangat besar, tetapi jika kami tetap berada di rumah sakit, saya merasa aman karena militer Israel belum menyerang rumah sakit secara langsung. Area di sekitar rumah sakit terus-menerus dibombardir dan ketika itu terjadi, saya merasakan ketakutan," tambahnya.

Sama dengan apa yang terjadi di rumah sakit lainnya di Gaza, kondisi RS Indonesia juga terus memburuk semenjak blokade yang dilakukan Israel.

ADVERTISEMENT

Salah satu kendala yang kini dialami oleh tenaga medis di RS Indonesia adalah sulitnya untuk mendapatkan makanan.

Sebelum konflik kembali pecah, Fikri menuturkan bahwa mereka bisa mendapatkan makanan-makanan segar di sekitar rumah sakit. Misalnya seperti sayuran dan buah.

"Di RS Indonesia saat ini staf hanya mendapatkan makan sekali dalam sehari itu ketika makan siang yang disediakan oleh RS Al-Shifa. Untuk sarapan dan makan malam staf mengonsumsi biskuit dan kurma," ujarnya.

Fikri menuturkan bahwa biasanya persediaan makanan bersumber dari daerah sekitar. Pada awal-awal blokade dan serangan dilakukan, relawan akan keluar untuk 'berburu' mencari perbekalan dengan ambulans. Sekarang pertempuran yang terjadi begitu dekat dengan rumah sakit dan terlalu berbahaya untuk pergi ke luar.

Direktur RS Indonesia Atef Al Kahlout menuturkan bahwa pelayanan tidak dapat berjalan dengan maksimal. Rumah sakit hanya beroperasi dengan kapasitas 30-40 persen. Ia meminta dunia bisa segera memberi bantuan.

"Kami menyerukan kepada orang-orang terhormat di dunia, jika ada di antara mereka yang masih tersisa, untuk memberikan tekanan pada pasukan pendudukan untuk memasok RS Indonesia dan rumah sakit lainnya di Jalur Gaza," ujar Atef.




(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads