Pada peringatan Hari Ayah Nasional yang jatuh pada 12 November, detikers bisa memberikan hadiah untuk ayah. Tidak selalu barang, memberikan beberapa bait puisi juga dapat membuat ayah tersentuh.
Tidak ada salahnya untuk membuat karya puisi sendiri khusus untuk ayah agar lebih spesial dan berkesan. Tapi kalau tidak berbakat membuat kata-kata yang puitis, detikers bisa membacakan puisi karya orang lain.
Berikut adalah beberapa puisi tentang ayah yang detikJateng rangkum dari beberapa buku, antara lain Menjamu Kedatangan Ayah oleh Umbara Al Mafaaza dkk, Antologi Puisi 1990-2019, Warna-Warna Indah, Ranting Kering oleh Muhammad Rafi, Perempuan di Balik Jendela oleh Idammatussilmi dkk, dan Sepotong Ikan Kerinduan Ibu oleh Aziz Afifi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
10 Puisi Tentang Ayah
1. "Menjamu Kedatanganmu" Karya Umbara Al Mafaaza
Menjamu kedatanganmu
Hal yang lama kutunggu
Ada segumpal rindu
Bersemayam di hatiku
Sungguh menggebu
Lama kita tak bersua
Lebih dari 3 dasawarsa ingin menjamukan asa
Lewat secangkir doa
Sebelum ada kata tiada satu per satu jiwa itu musnah
Ada tawa
Ada air mata
Ada canda
Ada amarah
Tak terasa masa kecil berubah dewasa
Tak jua kujumpa
Selalu kuseka air mata
Di balik bola mata yang memerah ingin bangkit tapi sulit
Lalu bergegaslah menuju puncak
Tanpa mendengar para katak
Mereka berkerumun berkata-kata
Tak ku hiraukan kuku serigala itu mencabik-cabik kerinduan
Aku terus menuju fokusku
Aku berhasil ayah menjadi anak yang kau banggakan
Aku berhasil ayah menjamu engkau dalam takwa
Aku berhasil ayah akhirnya aku menemukanmu
Dalam sepertiga malam
Ada doa-doa banjirkan air mata
Ada rasa yang sulit tertahan
Setelah berpuluh-puluh tahun
Doa itu dikabulkan
Sejengkal lagi ayah, aku akan menjumpaimu
Putri kecilmu dulu yang tak pernah kau sentuh
Putrimu dahulu yang tak sempat kau tatap
Ya, putrimu ayah Putri yang lama menantimu
Semua mustahil aku berjuang segalanya jadi berhasil
Setelahnya aku bisa berbahagia
Sebab aku memiliki ayah
Semangkuk rindu akan kuberikan padamu
Secangkir doa akan kupanjatkan selalu
Sepiring semangatku akan terus melaju
Aku akan menjadi diriku
Terus berjalan sesuai yang dituju
Akhirnya aku menemukanmu
2. "Kertas Penawar Rindu" oleh Umbara Al Mafaaza
Buku
Pena
Adakah yang salah?
Tanganku sempat keriting
Tapi aku takkan mau sinting
Aku terus mencoba menuliskan segala beban
Walau semuanya itu takkan menyelesaikan
Aku ingin menjamumu lewat tulisan
Aku berharap akan memberi kesan
Aku akan memberimu sebuah karya
Aku bukanlah orang kaya Hanya itu yang kupunya
Ayah
Telah lama tiada
Dalam hidup yang tak berbunga
Walau seharum untaian mawar
Banyak duri yang kudapatkan
Kadang menancap di kaki-kaki
Tapi tak henti ku berjalan
Untuk sebuah tujuan
Menemukanmu
Allah Maha Pengabul kan
Yah... Aku minta kau datang lewat kertas-kertas putih itu
Aku minta kau hadir lewat goresan pena-pena itu
Ku tulis ratusan impianku
Aku tulis doa-doaku
3. "Bahu Ayah" Karya Lisna Nurindah Sari
Langkahmu begitu nyata
Menyusuri jalan untuk mencari nafkah
Di saat lelah yang mulai kunjung datang
Engkau masih memberikan senyuman
Tak peduli goresan hatimu masih basah
Tatkala atasanmu mencela pekerjaanmu
Ah, Ayah.
Bahumu ternyaman kurasa
Aku merindukanmu di celah siang ataupun malam
4. "Aku Masih Putri Kecilmu, Ayah" Karya Lisna Nurindah Sari
Inginku bermanja padamu, Ayah
Mencurahkan isi hati yang kini terasa penat
Begitu berat bebanku kini
Kepalaku kini aku buat kaki
Kakiku kini aku buat jadi kepala
Aku melihat bayangmu di ujung sana
Aku ingin berlari dan menangis di pelukanmu
Bercerita tentang hidup
Hanya berkeluh kesah padamu
Dan kau belai rambutku
Dan kau sapu air mataku
Menatap lalu memelukku
5. "Ayahku Pulang" Karya Ida Faela Shova
Senja itu
Aku buka pintu
Aku dapati wajah peluh
Keringat bercucuran
Baju usang
Air mata
menetes seketika
Ayah,
Maafkan
Aku menyusahkanmu
Membuatmu bekerja siang dan malam
Demi hidupku
Keringatmu kasturi di musim semi
Ayah,
Andai aku mampu
Inginku mengganti semua keringat menetes itu
Inginku membuat wajah lelah itu jadi senyum indah
Kubuat engkau bahagia selalu
Ayah
Terima kasih
jasa itu tak bisa terbalas
kecuali dengan doa-doa meluas ke angkasa lepas
6. "Ayah" Karya YKCANCER71
Ayahku telah tiada
Ku belum mampu berikan bahagia
Betapa tersiksa hati
Pabila kukenang dirinya
Tuhan izinkan aku
Memandang wajahnya
Walaupun sekejap
Untuk dapat bersua
Semua harapan sirna
Tersapu gelombang
Yang takkan kuraih
Dan dapat berikan padamu Ayah...
7. "Ayah" Kary Eli Safitri
Ayah
Kau bekerja membanting tulang
Tak kenal pagi tak kenal petang
Demi anak istri yang kau sayang
Ayah
Meski kau dicaci maki
Kau tak pernah mengeluh saat kembali
Seolah tak ada beban di hati
Ayah
Semoga pengorbananmu terganti
Saat kami dewasa nanti.
8. "Ayah" Karya Muhammad Rafi
Kau kayuh sepeda di pagi buta
demi sesuap nasi
peluh keringat mengalir deras
kau sapu dengan selendang ibu
Ayah, sungguh kau penat
tapi kau tak pernah mengingat
tubuhmu yang dulu perkasa
kian rapuh dimakan usia
Ayah, berhentilah disini
biar aku saja yang bekerja
kau cukup kirimkan doa
agar batinmu tenang di hari tua
8. "Aku Terus Memanggilmu, Ayah" Karya Fini Marjan
Ayah, aku terus memanggil,
memintamu untuk memandangku
dan aku ingin selalu bercerita padamu
tentang hari ini yang masih pandemi
duka Sriwijaya dan mayat-mayat
yang mengapung di lautan
tanah Majene dan Mamuju yang terguncang
banjir Banjar dan langit terus menangis
masih banyak yang ingin kuceritakan
lihatlah pula lukisan dan hiasan
dinding-dinding rumah kita
telah tercipta sepenuh rasa cinta
aku ingin engkau memandangnya
Bila aku bertanya padamu,
"Apa yang disukai nyamuk-nyamuk
di rumah kita, mengapa mereka
membuat kulitku merasa gatal?"
dan engkau memberi jawab,
"Mereka butuh makan, Nak
bersihkan rumah, bersihkan dirimu
agar nyamuk tak mendatangimu."
Aku terus mendengarkanmu
namun tak ada lagi suaramu
hanya suara isak tangisku sendiri
dan hari ini yang masih pandemi
dan berita-berita mengiris hati
Dalam doa penuh namamu
Aku terus memanggilmu, Ayah
Ya Tuhan kami, limpahkanlah
kesabaran kepada kami dan
wafatkanlah kami dalam keadaan
berserah diri (kepada-Mu)."
9. "Pahlawanku" Karya Anifatul Latifah
Tak kenal lelah kau bekerja
Untuk membahagiakan keluarga kecilmu
Bekerja sepanjang waktu
Mencari uang untuk keluarga
Tak pernah mengeluh
Tak pernah menyerah
Tak pernah meminta balas
Ayah...terimakasih...
10. "Bapak" Karya Aziz Afifi
Mari menunggu ibu di depan ICU,
di lorong-lorong, menuju si bungsu mengacaukan
hidup dengan tawa.
Memelihara sunyimu.
Menjadikanmu bocah belum tamat sekolah
kembali,
dan mengunjungi museum ingatan:
"Saat merayu ibumu
dadaku terasa ikan buntal,
terus mengembang,
ingin meletup,
tapi kali ini lebih menyakitkan," katamu.
Itulah 10 puisi tentang ayah yang dapat detikers bacakan di Hari Ayah Nasional 12 November. Semoga bermanfaat!
(par/sip)