Bupati Klaten Sri Mulyani melantik 67 kepala desa hasil pilkades tahap pertama, hari ini. Salah satunya adalah Sabiq Muhammad (25) Kades Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Klaten.
Sabiq merupakan Kades termuda dari 67 orang Kades yang dilantik. Ternyata, dia rela melepas kesempatan berkuliah S2 di China untuk memimpin desanya.
Saat ditemui, Sabiq mengaku awalnya tidak tertarik untuk mengikuti pilkades. Namun, dia didesak oleh warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sebenarnya tidak tertarik ikut Pilkades tapi karena desakan dari warga. Selama ini saya memang aktif di kegiatan sosial dari tahlilan sampai pendampingan pertanian, dan ini kesempatan yang baik untuk mengabdi," ungkap Sabiq saat ditanya detikJateng usai pelantikan, Rabu (27/9/2023).
Sabiq menuturkan, untuk memenuhi desakan warga maju Pilkades 5 Juli 2023 dirinya harus membatalkan beasiswa pascasarjana di universitas ternama dunia di China yang sudah diraihnya. Pilihannya itu membuat dirinya mendapat teguran Kedutaan Besar RI di China.
"Beasiswanya di China Agricultural University, mestinya saya berangkat tanggal 4 September kemarin. Saya sempat mendapatkan teguran dari kedutaan besar RI karena membatalkan sepihak," kata Sabiq.
Bukan hanya teguran dari pihak kedutaan, kedua orang tuanya juga ikut heran dengan pilihan Sabiq. Ayah ibunya juga mempertanyakan keputusannya itu.
"Bapak ibu mempertanyakan karena persiapan kuliah itu sudah dari sejak Januari, September tinggal berangkat. Ditanya mau kuliah atau menjadi lurah, saya katakan kalau saya S2 nanti harus mendekati masyarakat tapi jika jadi Kades saya niatkan tesis saya jadi program sekalian," lanjut Sabiq, anak pertama dari empat bersaudara itu.
Meskipun besar dari keluarga wiraswasta, sambung Sabiq, dirinya sudah dekat dengan kalangan petani, dan mendampingi petani di berbagai daerah. Jika nanti ada kesempatan kuliah S2 yang tidak mengganggu pekerjaan sebagai Kades dirinya akan ikut.
"Ketika ada kesempatan beasiswa, dan bisa disambi bekerja di desa saya akan kuliah. Tapi jika tidak bisa ya saya akan tetap di desa karena tugas saya untuk masyarakat," imbuh Sabiq.
Cerita selengkapnya baca halaman berikutnya
Ayah Sabiq, Purwadi Hidayat (58) mengatakan sebagai ayah dirinya awalnya keberatan dengan pilihan anaknya itu. Kebimbangan keluarganya bahkan berlangsung sampai dua pekan.
"Kebimbangannya sampai dua minggu saya. Sebenarnya saya keberatan, ada kebimbangan antara melanjutkan S2 atau mengabdi kepada masyarakat, tapi semata karena dorongan masyarakat akhirnya menjadi Kades," ungkap Purwanto kepada wartawan.
Sebagai ayah, kata Purwadi, dirinya sudah menyiapkan jenjang pendidikan anak pertamanya itu. Tapi desakan masyarakat, terutama tokoh ormas akhirnya tidak bisa mencegah lagi.
"Ya sudah, saya cuma doakan semoga amanah,'' ucap Purwadi yang juga pengurus pusat Jam'iyyah Ahlith Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyyah itu.