Sebuah keluarga miskin yang terdiri dari enam orang bertahan hidup di rumah sempit di pinggiran kota Kabupaten Brebes. Rumah 4,5 x 4 meter itu tanpa listrik dan sumber air.
Rumah tak layak huni di RT 03 RW 01 Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes, itu dihuni Rusmini (45) bersama tiga anaknya dan dua keponakan. Adapun suami Rusmini jarang pulang.
Pantauan detikJateng, Rabu (13/9), dinding bata rumah Rusmini sudah banyak yang lapuk dan belum diplester.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di terasnya terdapat kasur lusuh yang teronggok bersama baju-baju kotor. Kasur itu selalu dikeluarkan tiap pagi dan baru digelar di ruang depan saat menjelang tidur.
Di ruang depan itu tidak ada meja dan kursi untuk tamu. Ruang depan ini hanya dilapisi plastik lusuh untuk alas kasur. Sejumlah pakaian dan benda lain berserak di lantainya.
Masuk lagi ke belakang, ada satu meja dapur dan jamban yang hanya ditutupi plastik bekas spanduk. Untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK), Rusmini harus mengambil air dari sumur tetangga.
Rumah Rusmini hanya memiliki satu kamar kecil yang berlantai tanah dan dilapisi plastik untuk alas kasur.
Tidak ada jaringan listrik di rumahnya. Untuk lampu penerangan, Rusmini menyambung listrik dari rumah sebelah.
"Air belum ada. Kudu nimba dulu di sumur sebelah. Listrik masih nyalur dari tetangga, bayar bulanan Rp 40 ribu," kata dia.
Rusmini tinggal bersama tiga anaknya dan dua keponakan. Dua keponakannya itu sudah tidak memiliki orang tua. Salah satu keponakan itu tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya.
"Yang dua itu keponakan. Ayah ibunya sudah tidak ada. Ada yang sampai tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya," ucap Rusmini.
Rusmini menambahkan, suaminya jarang pulang. Kiriman uang dari suaminya tidak cukup untuk makan enam orang.
Untuk menutup kebutuhan harian, Rusmini bekerja sebagai penjual makanan keliling. Makanan yang dijajakan diambil dari sejumlah bakul dan dia mendapatkan imbalan.
"Kadang dapat Rp 30 ribu, kalau lagi sepi dapat Rp 15 ribu," ujar Rusmini.
Menurut Ketua RT 03 RW 01 Pasarbatang, Sudirman, Rusmini termasuk warga miskin di kampungnya. Tidak jarang para tetangga bergotong royong memberi bantuan.
"Kemarin dibantu plester lantai tengah. Tetangga gotong royong," Sudirman menjelaskan.
Untuk membantu keluarga ini, lanjut Sudirman, pihaknya sudah mengajukan ke kelurahan untuk program bedah rumah.
"Keadaannya seperti ini. Kalau rumah sudah diajukan ke (program bantuan) RTLH (rumah tidak layak huni), tapi belum tahu masuk atau nggak. Bantuan lain ada, dia dapat PKH (Program Keluarga Harapan)," pungkasnya.
(dil/ahr)