Para peneliti saat ini terus menelusuri hilangnya pesawat MH370 milik Malaysia Airlines. Pesawat itu hilang misterius sejak Maret 2014 silam.
Dilansir dari detikTravel yang mengutip News.com.au, para peneliti menemukan petunjuk puing-puing di 1.560 kilometer sebelah barat Perth, Australia. Adapun laporan penelitian setebal 229 halaman itu pada Rabu lalu.
Data tersebut didapatkan berkat teknologi radio amatir 'terobosan' yang dikenal sebagai weak signal propagation reporter atau WSPR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun alat tersebut digunakan untuk membantu mendeteksi dan melacak jalur penerbangan pesawat MH370.
"Teknologi ini telah dikembangkan selama tiga tahun terakhir dan hasilnya merupakan bukti baru yang kredibel," kata peneliti seperti dilansir detikTravel, Jumat (1/9/2023).
Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan yang dilakukan oleh pihak Boeing maupun University of Western Australia mengenai puing-puing yang ditemukan di sekitar Samudera Hindia.
Mereka menyebut bahwa pergerakan pesawat akan selalu menyebabkan gangguan pada sinyal radar WSPR. Jejak tersebut akan tersimpan di data global.
Dengan melakukan analisis dari 125 gangguan yang terjadi di radar WSPR selama 6 jam setelah pesawat itu hilang kontak, peneliti juga meyakini bahwa lokasi kecelakaan berada di titik yang sama.
Adapun analisis itu dikombinasikan dengan data Boeing, satelit Inmarsat, dan analisis penyimpangan, sehingga mampu menyajikan hasil multidiscipliany yang signifikan.
"Bersama dengan data, gambaran komprehensif tentang jam-jam terakhir penerbangan MH370 dapat dikumpulkan," kata peneliti.
Penerbangan MH370 dialihkan ke Samudera Hindia kemudian jatuh karena kehabisan bahan bakar. Ini terlihat di beberapa titik sinyal terakhir setelah tengah malam.
"Pada saat artikel ini ditulis, MH370 masih belum ditemukan meskipun telah dilakukan pencarian ekstensif di permukaan dan bawah air," ujarnya.
(ahr/apl)