Benarkah Bulan Safar adalah Bulan Sial? Ini Penjelasannya

Benarkah Bulan Safar adalah Bulan Sial? Ini Penjelasannya

Muthia Alya Rahmawati - detikJateng
Senin, 21 Agu 2023 11:09 WIB
Ilustrasi kalender
Benarkah Bulan Safar adalah Bulan Sial? Ini Penjelasannya. Ilustrasi. Foto: detikcom/thinkstock
Solo - Setelah memperingati tahun baru Islam 1445 H pada bulan Juli lalu, kini kalender Hijriah telah memasuki bulan Safar. Safar merupakan bulan kedua setelah Bulan Muharram dalam kalender Hijriah.

Kata Safar sendiri berasal dari bahasa Arab 'shifr' yang artinya kosong atau pergi. Dikutip dari laman mui.or.id, makna "kosong" ini merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab dulu yang terbiasa bepergian meninggalkan rumah untuk mengumpulkan makanan ataupun untuk keperluan perang.

Akan tetapi sebagian orang Arab dulu mengartikan Safar juga sebagai sejenis penyakit dalam perut, berbentuk ulat besar yang mematikan. Hal ini membuat sebagian orang Arab menganggap Safar sebagai bulan sial.

Benarkah Bulan Safar adalah Bulan Sial?

Berikut merupakan penjelasan mengenai anggapan Safar adalah bulan sial, dikutip dari mui.or.id,

Keyakinan bulan Safar sebagai bulan sial bermula dari keyakinan masyarakat Arab pada zaman Jahiliyyah. Bahkan, mereka menganggap bulan safar sebagai Shafarul Khair (kosong dari kebaikan).

Setelah datangnya ajaran Islam, keyakinan tersebut terkikis karena Islam mengajarkan tidak ada hari, bulan, atau waktu yang membawa kesialan. Semua hal terjadi atas izin dan kehendak Allah. Nabi Muhammad SAW, dalam salah satu riwayat hadits dengan tegas berkata:

"Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak benar adanya thiyarah (mengaitkan nasib buruk dengan apa yang dilihat atau didengar), tidak benar adanya burung yang menunjukkan akan ada anggota keluarga yang mati, dan tidak benar beranggapan adanya nasib sial di bulan Safar." (HR Bukhari no 5316)

Kepercayaan bahwa Safar mendatangkan kesialan dapat disebut juga sebagai jenis khurafat atau mitos. Yaitu keyakinan bahwa kesialan, keburukan nasib, dan mara bahaya disebabkan sesuatu di luar takdir Allah seperti karena pengaruh hama/wabah ('adwa), maupun musim atau waktu tertentu seperti Safar.

Kepercayaan semacam itu bukanlah bagian dari ciri orang beriman, yakni orang yang memahami bahwa segala rahasia dari peristiwa-peristiwa itu hanya ada dalam genggaman Allah SWT, dan tidaklah suatu peristiwa itu terjadi melainkan karena rencana-Nya.

Mitos Bulan Safar di Indonesia

Namun, kepercayaan bulan Safar sebagai bulan sial masih banyak ditemui di masyarakat Indonesia dan sudah menjadi tradisi. Sering terdengar anggapan bahwa ketika bulan Safar tidak boleh melangsungkan pernikahan karena ditakutkan akan ada musibah atau hal negatif yang akan menimpa mempelai.

Dikutip dari Jurnal Keislaman (2021) karya Risalatul Mahmudah dan Hawa' Hidayatul Hikmiyah, hukum menikah di bulan safar menurut Islam adalah baik sebagaimana hukum menikah di bulan lain juga baik. Berkeyakinan bahwa menikah di bulan safar akan mendatangkan sial, akan mengantarkan pada thiyarah. Untuk diketahui bahwa thiyarah merupakan bentuk kesyirikan.

Demikian penjelasan mengenai bulan Safar yang dianggap sebagai bulan sial dan mitosnya di Indonesia. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Muthia Alya Rahmawati peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(par/sip)


Hide Ads