Jumadi mengatakan para korban ini terkenal di Kampung Precetan. Bahkan, setiap malam tirakatan atau 16 Agustus selalu dilaksanakan di sana.
"Sering diziarahi dari saudara tapi saudara sudah nggak ada di sini, saudara dari Jakarta, Lampung, dulu di sini waktu anak-anak sudah kerja pindah. Nanti setiap malam tirakatan selalu ada upacara di sini, diperingati," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sejak dulu tidak ada simbol atau lambang bahwa korban ini merupakan pahlawan. Namun, saat ini telah dibuatkan monumen.
"Memang nggak ada tanda, dulu memang ada terus jadi ya satu nggak usah dikasih. Cuma sudah ada monumen tahunya sudah menyatu, namun setelah dibuat monumen ini clash Belanda tahun 1949," tuturnya.
Saat ini, kata Jumadi, makam tersebut berada di halaman depan Puskesmas pendamping di Kelurahan Sriwedari, Laweyan. Selama ini tidak ada yang terganggu meski ada makam di lokasi tersebut.
"Nggak masalah, semua nggak papa, untuk hari-hari biasa, ya biasa saja," pungkasnya.
(aku/ahr)