Kisah Aipda Agus Polisi Purbalingga, Dirikan Pesantren hingga Punya 70 Santri

Kisah Aipda Agus Polisi Purbalingga, Dirikan Pesantren hingga Punya 70 Santri

Anang Firmansyah - detikJateng
Selasa, 08 Agu 2023 22:07 WIB
Aipda Agus Miswanto, pemilik Pondok Pesantren Daruttaqwa di Purbalingga, Selasa (8/8/2023).
Aipda Agus Miswanto, pemilik Pondok Pesantren Daruttaqwa di Purbalingga, Selasa (8/8/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Purbalingga -

Seorang polisi dari Polres Purbalingga, Aipda Agus Miswanto, memiliki banyak kesibukan. Selain harus membina rohani hingga menyelesaikan masalah rumah tangga teman kerjanya, dia kini juga mengurusi puluhan santri di pesantren yang didirikannya.

Pria asli Desa Brobot, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, ini sekarang masih bertugas sebagai PS Kaur Perawatan Personel (Watpers) di Polres Purbalingga. Tugasnya adalah bagian mengurusi berkas pensiun, pembinaan kerohanian, dan mental serta mediasi masalah rumah tangga para polisi di tempat tugasnya.

Di samping menjalankan tugasnya, dia juga dikenal sebagai guru ngaji sekaligus pemilik Pondok Pesantren Daruttaqwa di desanya. Kegiatannya sudah dilakukan sejak 2016 silam. Waktu itu dia melihat tidak adanya kegiatan mengaji di musala tempatnya tinggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya waktu itu heran, lingkungan sini tidak ada kegiatan mengaji dan keagamaan rutin. Musala sekitar juga sepi dari kegiatan mengaji," kata Agus kepada wartawan, Selasa (8/8/2023) sore.

Dari situ dirinya merasa terpanggil. Bermodalkan bekal ilmu agama yang dimilikinya, Aipda Agus lalu membuka majelis baca Al-Qur'an di musala itu.

ADVERTISEMENT

Bak gayung bersambut, anak-anak saat itu sangat antusias. Namun jumlahnya masih belum terlalu banyak. Namun, karena niatnya ibadah, ia tetap semangat mengajar.

"Saya kepingin agar anak-anak khususnya di lingkungan menjadi anak yang salih dan salihah. Awalnya jemaah sedikit, paling banyak 10 orang. Tapi saya tetap istikamah mengajari anak-anak dan orang tua membaca tulis Al-Qur'an," terangnya.

Karena kesibukannya bekerja, dia harus pintar membagi waktu. Sebab muridnya tidak hanya anak-anak, tapi juga para orang tua yang hidup di sekitar rumahnya.

"Habis salat asar saya mengajar anak-anak membaca huruf hijaiyah dan hafalan surat pendek serta doa sehari-hari. Setelah anak-anak selesai giliran ibu-ibu yang belajar mengaji hingga menjelang magrib," ungkapnya.

Lambat laun, majelis yang didirikannya semakin besar. Beruntungnya, pada tahun 2022 orang tuanya mewakafkan tanah. Tanah tersebut ia gunakan untuk membangun masjid kecil di sebelah rumah.

Aipda Agus Miswanto, pemilik Pondok Pesantren Daruttaqwa di Purbalingga, Selasa (8/8/2023).Aipda Agus Miswanto, pemilik Pondok Pesantren Daruttaqwa di Purbalingga, Selasa (8/8/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

"Jumlah jemaah semakin banyak dan musala tempat mengajar kurang cukup menampung jemaah. Alhamdulillah ada rezeki jadi saya bangun masjid biar semua bisa tertampung," ujarnya.

Di tahun yang sama, dia lalu membuat yayasan, dan mendirikan Pondok Pesantren Daruttaqwa. Di sebelah musala juga sudah ada rumah yang dibuat sejumlah kamar untuk santri.

"Sekarang alhamdulilah ada 70 santri yang mondok di sini. Sebagian santri dari lingkungan sekitar. Tapi juga ada dari desa lain dan tinggal di sini" jelasnya.

Sebagian santrinya yatim piatu ada di halaman selanjutnya.

Santri yang ngaji di tempatnya tidak semuanya beruntung. Ada sebagian santri yatim piatu. Bahkan ia juga mengajar santri yang disabilitas.

"Sebagian santri, ada beberapa yang yatim piatu dan difabel. Mereka yang punya kekurangan harus disemangati. Kami juga menyekolahkan gratis untuk santri yang yatim piatu," ungkapnya.

Sementara itu, salah satu warga yang ikut mengaji, Komarudin (53) mengaku senang dengan kegiatan positif yang dilakukan Agus. Sebab sebelum adanya majelis pengajian, lingkungannya sepi dari kegiatan keagamaan.

"Sangat bersyukur, dengan kegiatan yang dilakukan oleh Mas Agus ini. Dulunya yang sini jarang ada kegiatan ngaji, sekarang setiap sore selalu ramai ngaji. Lingkungan jadi hidup keagamaannya," terangnya.

Hal senada juga diungkapkan, Puji Budhiarti (62). Ia merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk belajar membaca Al-Qur'an di majelis Pondok Pesantren Daruttaqwa.

"Belajar baca Al-Qur'annya telat, masih nggrandet. Tapi tetap semangat ngaji. Sekarang sudah tua, paling sekarang tinggal ibadah, semoga belajar membaca Alquran ini mendapatkan pahala. Yang mengajarkan juga mendapatkan pahala dari Allah," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(ahr/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads