Mitos Unik Jalur Krumput Banyumas, Wajib Lempar Uang Agar Tak Celaka

Mitos Unik Jalur Krumput Banyumas, Wajib Lempar Uang Agar Tak Celaka

Anang Firmansyah - detikJateng
Senin, 24 Jul 2023 08:55 WIB
Pengendara melintas jalan raya Kebun Krumput, Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, Minggu (23/7/2023).
Pengendara melintas jalan raya Kebun Krumput, Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, Minggu (23/7/2023). (Foto: Anang Firmansyah/detikJateng)
Banyumas -

Jajaran pepohonan karet menghiasi sepanjang jalan Krumput, Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas. Jalan utama menuju Purwokerto dari arah Jogja atau sebaliknya ini memang memiliki kesan yang berbeda.

Sebab, tidak ada permukiman warga di sepanjang jalan sekitar 2 km ini. Bahkan terdapat satu pohon beringin besar yang menambah kesan angker wilayah itu.

Jalur tersebut salah satu daerah rawan kecelakaan. Kontur tanah yang berkelok serta naik turun membuat pengendara terkadang terbatas jarak pandang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski tidak ada permukiman, banyak warga yang duduk di samping jalan tersebut. Mereka rupanya menunggu lemparan uang dari pengendara yang melintas.

Ternyata ada mitos di balik lemparan uang pengendara itu. Ada yang menyebut uang yang dilemparkan merupakan tolak bala untuk keselamatan.

ADVERTISEMENT

Mereka merupakan warga yang tinggal tidak jauh dari hutan karet tersebut. Setiap harinya pasti selalu ada warga yang menunggu lemparan uang dari pengendara.

Pengendara melintas jalan raya Kebun Krumput, Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, Minggu (23/7/2023).Pengendara melintas jalan raya Kebun Krumput, Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, Minggu (23/7/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

Kegiatan tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun lalu. Namun tidak diketahui kapan pastinya pengendara mulai melempari uang saat melintas.

Tidak sedikit warga yang menggantungkan hidup dari kegiatan ini. Salah seorang warga yang menunggu lemparan uang tersebut, Sariyah (53) mengatakan, sudah sejak tahun 2006 ia menggeluti profesi ini.

Selama kurun waktu tersebut ia kerap menjumpai kecelakaan lalu lintas. Salah satu kecelakaan lalu lintas paling parah yang pernah ia jumpai sekitar 10 tahun lalu. Saat itu rombongan bus Karya Sari masuk ke jurang dan menyebabkan 15 orang tewas.

"Seingat saya nama busnya ada Sari-Sari nya. Itu pas liburan Idul Fitri kalau tidak salah. Banyak yang meninggal, termasuk warga sini yang sedang istirahat juga ada yang meninggal dua orang," katanya saat ditemui, Minggu (23/7/2023).

Akhir-akhir ini kecelakaan parah jarang terjadi. Paling, menurutnya hanya kecelakaan sepeda motor yang terpeleset akibat tumpahan oli.

"Paling kalau ada oli atau apa. Semingguan lalu. Yang sering motor. Kadang-kadang mengendarai sambil HP-an atau apa. Tapi sekarang sudah jarang kecelakaan. Dahulu waktu jalannya bergelombang sering," terangnya.

Berkaitan dengan mitos lempar uang untuk tolak bala, dirinya memang pernah mendengar ada yang memiliki kepercayaan tersebut. Awalnya dahulu memang jalan tersebut sepi dan gelap.

Akhirnya banyak warga yang duduk-duduk di batas antar kecamatan untuk mengantisipasi adanya kecelakaan yang menimpa pengendara.

"Kata orang dahulu, tadinya banyak warga yang duduk-duduk di batas sana. Terus ada pengendara yang ngelemparin uang. Lama-lama banyak warga yang akhirnya duduk di sini menyebar," jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saat ini warga yang melakukan kegiatan tersebut jumlahnya mencapai 150. Namun untuk wilayah selatan batas merupakan warga Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen. Sedangkan daerah utara merupakan warga Desa Karangrau, Kecamatan Banyumas.

"Jumlahnya sekitar 150 an orang. Soalnya ada yang pernah bagiin sembako, bawa 100 paket tapi kurang. Jadi mungkin jumlahnya sekitar segitu," ujarnya.

Sehari-harinya uang yang didapat dari hasil lemparan para pengendara tidak tentu. Namun pada saat akhir minggu atau hari libur jumlahnya akan lebih banyak.

"Sehari bisa dapat Rp 10 ribu paling sedikit. Tapi tidak tentu kadang juga ada yang lempar uang Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu juga pernah tapi jarang banget. Kalau lagi liburan paling kan jalanan ramai. Lumayan juga yang lempar uang. Rata-rata yang dilempar recehan," ungkapnya.

Hasil tersebut didapat selama kurang lebih 4 jam ia duduk di tepian jalan setempat.

"Saya tadi berangkat jam 12 lebih sampai jam 5 sore biasanya. Daripada cuma duduk di rumah mending ke sini cari uang. Soalnya saya kakinya sudah sakit, asam urat jadi sudah tidak bisa bekerja. Dahulu pernah kerja selama 15 tahun jadi karyawan," katanya.

Dalam kurun waktu 17 tahun tersebut, ia pernah mengalami kejadian unik. Pernah ada satu kesempatan, pengendara yang kasih uang berhenti dan meminta doa langsung dari dirinya.

"Kadang-kadang ada orang yang ngasih uang tapi berhenti terus minta didoain biar selamat dan sukses. Ada juga yang pernah minta didoain minta perceraiannya dilancarkan. Karena sudah lama proses tapi ga pisah-pisah. Sebisanya saya doakan," pungkasnya.



Hide Ads