Tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut mulai menyisir perairan di Dermaga PT SBI Kabupaten Cilacap. Penyisiran tersebut dilakukan usai temuan ribuan amunisi yang diduga peninggalan era Perang Dunia (PD) II pada tahun 1940-an.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Cilacap, Kolonel Laut (P) Bambang Subeno menjelaskan yang perlu diwaspadai dari temuan amunisi tersebut adalah senjata dengan kaliber besar.
"Perlu diwaspadai karena pada Perang Dunia II senjata yang digunakan adalah senjata meriam yang kalibernya besar. Salah satu senjata yang paling mematikan adalah bom laut," kata Bambang kepada wartawan, Kamis (20/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya temuan amunisi kaliber 12,7 mm menurutnya bukan milik perorangan. Berdasarkan data yang ditelusuri, kaliber tersebut terpasang di pesawat tempur.
"Amunisi 12,7 kalibernya mitraliur, pertahanan udara. Bukan senjata perorangan. Pasti dibawa oleh pengangkut. Kita sedang mengidentifikasi apakah pengangkutnya pesawat atau kapal. Kalau pengangkutnya kapal diyakini ada senjata yang lain, ini yang kita waspadai," terangnya.
Bambang mengungkapkan kapal perang pada era PD II selalu dilengkapi dengan bom laut. Antisipasi ini juga karena ada rencana dari Dirjen Perhubungan Darat untuk melakukan pengerukan di area sekitar pada akhir tahun ini.
"Kapal perang pada PD II pasti mereka dilengkapi dengan bom laut. Artinya kita mewaspadai ini. Apalagi rencana akhir tahun ini Dirjen Hubdar akan melakukan pengerukan alur, ini menjadi atensi," jelasnya.
Dirinya menyebut, jika amunisi tersebut dibawa oleh kapal perang, kemungkinan adanya bom laut yang terpasang sangat besar. Bom laut ini menurutnya masih bisa aktif hingga sekarang.
"Kemungkinan kalau bom laut dipastikan masih bisa aktif. Ini yang perlu kita waspadai. Tujuannya adalah untuk meyakinkan keamanan," pungkasnya.
Sebelumnya, Tim Puskopaska TNI Angkatan Laut melakukan penyelaman untuk menindaklanjuti temuan ribuan amunisi di Perairan Dermaga PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), Kabupaten Cilacap.
Penyelaman itu melibatkan 7 personel yang terdiri dari 5 personel Kopaska, satu orang historical diver, dan satu technical diver.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Direktur Operasi Pusat Komando Pasukan Katak sekaligus pemimpin dalam penyelaman tersebut, Letkol Yudo Ponco mengatakan pihaknya mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dugaan bangkai kapal perang yang membawa ribuan amunisi.
"Visibility-nya keruh, sekitar jarak pandang 50 sentimeter, itu pun sudah dengan bantuan lighting. Kemudian arusnya kencang. Minggu-minggu ini sepertinya pas anginnya sedang kencang," kata Letkol Yudo, Kamis (20/7).
Yudo mengatakan dirinya melakukan penyelaman sebisa mungkin dengan menyapu objek menggunakan kamera yang ia bawa.
"Jadi saya penyelaman sebisa mungkin, objek yang sapu dengan kamera kemudian saya raba dengan tangan saja," terangnya.
Yudo menyebut sudah melakukan penyelaman di titik koordinat temuan awal ribuan amunisi. Dari lokasi tersebut dirinya sudah menyelam sejauh kisaran 100 meter.
"Saya sudah sampai di titik lokasi itu (temuan awal amunisi). Kurang lebih berjalan antara 50 sampai 100 meter. Dari satu titik ke titik yang lain," jelasnya.
Dari hasil penelusuran, tim Kopaska belum bisa mengidentifikasi ukuran bangkai besi tersebut. Sebab besi itu sudah dalam bentuk reruntuhan.
"Bodinya ini saya belum bisa menilai panjang dan lebarnya. Yang jelas itu memang reruntuhan besi-besi banyak. Ada lubang-lubangnya, saya masuk terus keluar lagi. Tapi jarak pandangnya pendek sekali," ungkapnya.
Pihaknya akan kembali melakukan penyelaman pada siang ini untuk melihat lagi obyek yang lebih spesifik.
"Setelah ini saya akan turun lagi, mencoba melihat lagi obyek yang lebih spesifik. Kalau nggak bisa lewat kamera saya raba pakai tangan," ujarnya.