Suara 'bloop' misterius terdeteksi di daerah barat pantai selatan Chili oleh sekelompok ilmuwan pada musim panas tahun 1997. Peristiwa yang dijuluki 'the bloop' ini membingungkan ilmuwan selama bertahun-tahun.
Mengutip detikInet, Selasa (11/7/2023), para peneliti di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) merekam suara keras berfrekuensi sangat rendah pada hidrofon mereka, saat mencari gunung berapi bawah air. Mikrofon bawah air yang awalnya dikembangkan oleh Angkatan Laut AS ini berjarak lebih dari 3.200 km di Samudra Pasifik.
Suara yang berlangsung sekitar satu menit itu merupakan salah satu suara bawah air paling keras yang pernah direkam. Selama bertahun-tahun, banyak teori tentang asal muasal suara laut yang misterius tersebut. Ada yang menduga itu adalah suara dari aktivitas latihan militer, kapal laut, cumi-cumi raksasa, paus biru, atau spesies baru makhluk laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mempertimbangkan setiap kemungkinan, termasuk jika asalnya dari hewan," kata Christopher Fox, ilmuwan kepala Proyek Pemantauan Akustik Lab Lingkungan Laut Pasifik NOAA, dikutip dari Insider.
Ketika NOAA memulai survei akustik Antartika di Amerika Selatan, pada tahun 2005, para ilmuwan mulai memahami asal-usul bloop.
Robert Dziak, dari Lab Lingkungan Kelautan Pasifik NOAA, mengatakan bahwa pada tahun 2011, setelah mengumpulkan semua data, badan tersebut dapat menjelaskan secara definitif apa bloop itu.
Keputusan resminya adalah, bloop dinyatakan sebagai suara gempa es, yang diciptakan oleh retaknya lapisan es saat pecah dari gletser Antartika.
Menurut NOAA, gunung es yang menghasilkan bloop kemungkinan besar berada di antara Selat Bransfield Antartika dan Laut Ross, atau Tanjung Adare. Gempa es terjadi ketika gletser retak di lautan, memecahkan es. Retakan yang tiba-tiba menghasilkan suara letupan atau ledakan yang keras.
"Suara es pecah adalah sumber suara alam yang dominan di laut selatan," kata Dziak pada 2012.
"Setiap tahun ada puluhan ribu gempa es tercipta oleh retakan dan pencairan es laut, kemudian es melepaskan gletser ke lautan, dan sinyal-sinyal ini sangat mirip sifatnya dengan bloop," lanjutnya.
(rih/dil)