Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono berharap pemerintah membuat regulasi untuk meningkatkan keselamatan penumpang bus. Hal itu terkait kecelakaan yang beberapa kali terjadi melibatkan bus dengan adanya korban tewas.
Hal itu diungkapkan Soerjanto di sela melihat uji benturan depan dari bus di Karoseri Laksana di Kabupaten Semarang. Ia mencontohkan kecelakaan Bus Rukun Sayur tahun 2015 di Tol Palikanci Km 202, Cirebon memicu adanya peningkatan keselamatan.
"Saya sampaikan kepada kita semua bahwa awalnya 2016 kita ada program peningkatan keselamatan diawali kecelakaan Bus Rukun Sayur yang serempet tiang, bus utuh tapi yang meninggal 12 orang. Melihat ini ada masalah crash protection, istilahnya kalau bus kecelakaan harus ada ruang keselamatan, survival space," kata Soerjanto di Karoseri Laksana, Kamis (6/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soerjanto kemudian berkomunikasi juga dengan karoseri yaitu Laksana untuk melakukan peningkatan dari segi keselamatan meski menurutnya hingga kini belum ada regulasi dari pemerintah.
"Memang belum ada regulasinya, tapi bagaimana kita bisa improve keselamatan dari bus," ujarnya.
Selain itu untuk ruang keselamatan bagi penumpang, Soerjanto menjelaskan lebar kursi minimal 45 sentimeter, jangan terlalu mepet. Hal ini untuk memberi ruang sehingga tidak ada saling himpit.
"Survival space atau ruang keselamatan, jadi lebar orang minimum 45 cm. Kalau jadi 30 cm keplenet (terhimpit) tulang bisa patah (saat kecelakaan). Tidak boleh berkurang dari badan kita," tegasnya.
Ia pun mengapresiasi uji coba Karoseri Laksana yang sudah melakukan uji benturan bagian depan sesuai ketentuan UN ECE R29. Dengan inovasi yang sudah diterapkan ternyata bus yang diuji bisa memberikan keselamatan pada bagian depan yaitu sopir dan kernet.
"Harapan kita regulasi yang UN ECE R29 itu oleh pemerintah dan Kemenhub bisa diadopsi pelan-pelan oleh semua dan tapi ada tagret waktunya. Kemudian masalah keselamatan bus penumpang ke depan akan lebih baik," jelasnya.
Selengkapnya di halaman berikut.
Dalam uji coba tersebut, bagian depan bus yang diuji memiliki inovasi struktur cowl bus berupa penambahan crashbox dan reinforcement. Kemudian bus yang berisi boneka dummy sebagai sopir itu dihantam pendulum seberat 1,5 ton yang sebelumnya diangkat 90 derajat.
Bagian depan bus ternyata aman dan sopir tidak terjepit. Selain itu pintu bus juga masih bisa dibuka. Stefan Arman selaku Technical Director Laksana mengatakan dua target berupa sopir tidak terjepit dan pintu masih bisa dibuka merupakan hal yang dicari.
"Ukuran keberhasilan rangka tidak menjepit pengemudi, pintu bisa dibuka. Tapi nanti tetap akan evaluasi," kata Stefan Arman.
Sementara itu, Direktur Sarana Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan, Danto Restyawan mengatakan ada kemungkinan untuk dibuatnya aturan soal sisi keamanan bus. Ia berharap seluruh karoseri berinovasi untuk meningkatkan keselamatan pada kendaraannya.
"Bisa jadi bagian membikin suatu aturan, semua bus yang diproduksi di Indonesia harus seperti ini. Kalau tidak kita yang lakukan siapa lagi. Saya apresiasi terhadap Laksana," kata Danto dalam sambutannya.