Antraks di Gunungkidul, Pemprov Jateng Siapkan 25 Ribu Vaksin Ternak Rentan

Antraks di Gunungkidul, Pemprov Jateng Siapkan 25 Ribu Vaksin Ternak Rentan

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Kamis, 06 Jul 2023 14:35 WIB
Petugas saat mengambil sampel tanah di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (5/7/2023).
Petugas saat mengambil sampel tanah buntut kasus antraks di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (5/7/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Semarang -

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyiapkan 25 ribu vaksin untuk hewan menyusul temuan kasus antraks di Gunungkidul, DIY. Vaksin ditujukan kepada ternak di daerah perbatasan Jateng-DIY dan yang berpotensi berdampak.

"Untuk vaksin, kami sudah siapkan 25 ribu (dosis). Tentunya untuk hewan yang ada di daerah rentan, prioritasnya untuk daerah yang berbatasan dan punya (potensi) berdampak langsung," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng Agus Wariyanto dalam keterangannya, Kamis (6/7/2023).

Ia mengatakan saat ini Jateng masih bebas antraks. Namun antisipasi dilakukan dengan pemberian vaksin agar memperkuat imun hewan sehingga menekan risiko penularan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami imbau masyarakat tidak perlu panik tapi tetap waspada. Masyarakat cepat laporkan bilamana ada hewan yang sakit. Kalau ada manusia yang sakit (diduga tertular antraks) segera berobat. Tetap jaga kesehatan ternak, jikalau terjadi terapkan prosedur, semuanya harus bergerak dari pemerintah hingga masyarakat," imbaunya.

Ia juga menjelaskan, antraks diakibatkan bakteri Bacillus Anthracis. Ketika hewan ternak terjangkiti maka dapat tertular ke manusia. Spora yang ditimbulkan bisa bertahan hingga 75 tahun meski bangkai hewan yang tertular telah dikubur. Maka ia berharap warga Jateng tetap waspada namun tidak panik. Penularan ke manusia bisa dicegah asalkan menerapkan prosedur ketat.

"Memang penyakit ini zoonosis, bisa menular ke manusia. Tetapi upaya pencegahan penting, misal kalau terjadi antraks (bangkai hewan) dikubur, kalau perlu dicor dan ditandai. Karena sporanya bisa bertahan 75 tahun. Sehingga generasi berikutnya tahu di situ ada hewan yang tertular," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu Medik Veteriner Disnakkeswan Jateng, Slamet menambahkan, salah satu penularan antraks ke manusia yaitu ketika memakan daging hewan yang sudah tertular spora antraks. Maka jika menemukan hewan sakit dan memiliki ciri ada pendarahan di lubang tubuh, peternak perlu waspada.

"Cirinya itu pada hewan yang sakit atau mati ada gejala darah yang keluar dari mulut, kuping, kemudian hidung, dubur dan alat kelamin," kata Slamet.

Kemudian untuk manusia, jika sudah terpapar maka akan muncul keropeng atau borok atau luka kering di kulit. Jika tidak segera diobati bisa menular ke bagian tubuh lain.

"Keropeng atau borok di kulit itu seperti huruf U (cekung). Segera berobat. Nanti di puskesmas atau di rumah sakit akan diambil sampel darah untuk memastikan darahnya tertular antraks atau tidak. Yang penting gaya hidup bersih pada ternak dan manusia. Dan jangan sampai ternak yang sakit dan mati itu dimakan," tegasnya.




(rih/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads