Katimin (83), seorang kakek di Dusun Karakan RT 02 RW 07, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri, sempat terjebak saat terjadi gempa Bantul, tadi malam. Katimin sempat pasrah karena dapur rumahnya ambruk tepat di depan kamarnya.
Saat gempa terjadi, Katimin tengah tertidur di kamar. Ia tidak bisa keluar rumah karena dapur rumahnya ambruk. Sebab untuk keluar kamar harus melewati dapur.
"Baru saja (tidur), terus ada lindu (gempa). Mau medal (keluar), bruk (suara dapur ambruk), mundur malih (mundur lagi ke kamar)," kata dia kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Sabtu (1/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat itu, Katimin mengaku sedang tidak enak badan. Sehabis makan di dapur, ia langsung bergegas ke kamar untuk istirahat.
"Dari dapur itu kemudian di kamar belum lama. Baru sekitar tiga menit, lalu ada lindu itu. Tapi sudah tertidur. Medal mak bres," ungkap dia.
![]() |
Katimin mengaku bersyukur bisa selamat dari maut. Sebab biasanya setelah makan ia tidur di dipan yang berada di pojok dapur. Saat ini dipan itu tertimpa runtuhan bangunan.
"Saat nggak bisa keluar, saya sudah pasrah. Sudah berpikir tidak ada (meninggal) siap. Sempat mau jebol jendela kaca tapi sulit, karena tebal. Hanya bisa minta tolong dan panik," ujar dia.
Katimin bisa keluar dari kamar saat gempa berhenti. Ia dibantu keluar oleh keluarga dan warga sekitar.
Berdasarkan pantauan detikJateng di lokasi, bangunan dapur yang roboh itu berwujud tembok. Atap rumah dari kayu dan genting ambruk. Di bawahnya beberapa peralatan rumah tangga dan dapur tertimpa runtuhan bangunan.
Luas dapur yang roboh sekitar 4 x 11 meter. Sementara itu umur bangunan sekitar 10 tahun. Selain itu tampak plafon rumah Katimin juga mengalami retak.
Selain dapur sebuah bangunan dengan luar 4 x 5 meter yang berada di belakang dapur juga runtuh. Bangunan itu biasa digunakan Katimin membuat batu bata.
Katimin tinggal di rumah bersama istrinya, Sajuri (75) dan cucunya, Rosa (17). Saat kejadian, Sajuri tengah menemani Rosa belajar di ruang utama rumah.
Sebelum ke ruang utama, Sajuri juga dari dapur untuk mempersiapkan makan suaminya. Setelah terasa gempa ia langsung berteriak. Terlebih Sajuri teringat suaminya berada di kamar dan satu-satunya pintu ke luar hanya lewat dapur.
"Pas ada lindu ada suara krosok (dapur rubuh). Cucu saya teriak juga. Saya bilang kalau Mbah Kakung ra enek dalane (tidak ada jalannya). Bingung nggoleki (cari) Mbah Kakung. Untung tidak duduk di dapur, biasanya tidur di dapur," kata Sajuri.
Baca juga: Malam-malam Gempa Bantul Gegerkan DIY-Jateng |
(aku/aku)