Sebuah makam kuno berpagar batu bekas candi berada di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Klaten. Makam itu konon makam prajurit Sultan Agung tetapi ada versi lain yang menyebutkan malam itu makam ulama besar.
"Mbah saya dulu orang Dusun Gojayan, Desa Kahuman itu. Makam itu menurut mbah saya almarhum adalah makam Kiai Fathdal sehingga pemakaman di situ disebutnya makam Padalan," terang pegiat Cagar Budaya Klaten, Hari Wahyudi kepada detikJateng, Minggu (25/6/2023).
Menurut Hari, keluarganya saat ini masih tinggal di sekitar Sendang Pengilon dekat makam tersebut. Saat kecil dirinya sering bermain di sekitar lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedikit banyak saya tahu sejarah sana karena saya tiap hari mandinya di sumber itu. Nisan makam Padalan itu ada simbol bulan sabitnya yang merupakan ciri makam ulama besar," terang Hari.
Dilihat dari bentuk nisan, sambung Hari, kuburan tersebut bergaya Tembayatan seusia Sunan Pandanaran yang lebih tua dari masa Sultan Agung raja Mataram. Konon lokasi makam merupakan masjid.
"Jirat dan nisannya bergaya Tembayatan sepuh sesuai kisah Kiai Fathdal adalah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di daerah Ngupit. Konon tempat makam Padalan itu dulunya masjid wurung (tidak jadi) yang dibuat Kiai Fathdal," tutur Hari.
Sebelumnya diberitakan, dua makam tua yang terletak di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Klaten memiliki keunikan tersendiri. Dua kuburan dipagari batu-batu bekas struktur candi itu konon tempat peristirahatan prajurit Sultan Agung.
Dua kubur tua tersebut berada di utara desa di pinggir persawahan. Berjarak sekitar 100 meter ke selatan makam, terdapat dua umbul yang salah satunya juga manfaatkan batu prigen bekas bangunan candi.
Kuburan tua tersebut terletak di kompleks makam seukuran sekitar 10x 12 meter. Kompleks makam bersusun dua itu menempatkan kuburan tua di undakan paling atas.
Kades Kahuman, Kecamatan Ngawen, Wardoyo Joko Sumitro, menuturkan tidak ada catatan siapa yang dikuburkan di makam itu. Namun kadang masih ada warga dari Jogja yang ziarah.
"Orang dari Keraton Jogja masih sering bersih-bersih di lokasi sampai sekarang. Kadang dua sampai tiga mobil," jelas Wardoyo kepada detikJateng, Sabtu (17/6).
Menurut Wardoyo, tidak ada catatan resmi di pemerintah desa sosok yang dikuburkan. Namun dari cerita turun-temurun sesepuh desa, menyebut sosok yang dikuburkan adalah orang penting dari Jogja.
(rih/rih)