Sebanyak 1.267 balita di Kota Semarang mengalami stunting. Jumlah tersebut sudah menurun banyak dibanding akhir tahun 2022 dan ditarget menjadi nol pada akhir 2024.
Hal itu diungkapkan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita) usai menghadiri acara Temu Ilmiah Nasional (TIN) Persatuan Ahli Gizi (Persagi) 2023 di Hotel Patra Semarang.
"Sekarang 1.267 bayi. Penurunannya kemarin dari bulan Desember masih di angka 3.500-an. Kemudian turun jadi 2.000 lalu 1.300. Tapi saya masih belum puas kok turunnya sedikit-sedikit," kata Ita, Jumat (16/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai upaya dilakukan Pemkot Semarang untuk menekan jumlah stunting melalui sosialisasi pola makan sehat kepada para ibu bahkan membuat buku menu untuk antisipasi stunting. Bahkan dibuatkan daycare khusus stunting atau Rumah Pelita.
"Saat ini yang kita kembangkan itu rumah pelita, daycare untuk stunting. Saat ini sudah ada tiga. Nanti pada perubahan anggaran saya minta Pak Hakam (Kadinkes) di 16 kecamatan ada rumah daycare untuk intervensi agar 2024 bisa nol persen stunting di Kota Semarang," tegasnya.
Dalam acara tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga memberikan sambutan lewat daring dan meminta ahli gizi tidak bosan memberikan edukasi untuk mencegah stunting.
"Tolong edukasi masyarakat, itu stunting, kekurangan gizi. Hasil riset 20-30 persen yang bisa recover kalau sudah masuk kategori stunting," kata Budi.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP Persagi, Rudatin mengatakan penanganan stunting tidak hanya pada anak yang sudah terindikasi tapi mulai pada edukasi ke calon pengantin. Saat ini juga sedang disiapkan kurikulum soal gizi untuk anak sekolah.
"Kami juga sudah mulai masuk ke dalam pendidikan gizi untuk anak usia dini sejak Januari 2022 lalu, dengan menggandeng Kemendikbudristek. Di mana nanti akan ada kurikulum yang mengenalkan pendidikan gizi untuk anak usia dini, yakni makanan sehat," jelas Rudatin.
(apl/rih)