Aan Diniyati (40), warga Desa Kertabesuki, Wanasari, Brebes, harus mendorong kursi roda sejauh 10 kilometer demi mengantar suami ke rumah sakit, dua kali sepekan. Aktivitas ini terpaksa dilakukan Aan sejak 2018 karena tak punya biaya.
Aan Diniyati mengaku dirinya harus mendorong sendiri kursi roda karena tidak memiliki biaya untuk sewa ambulans. Terlebih dalam satu minggu harus dua kali bolak balik ke rumah sakit, tentu akan memerlukan banyak biaya.
"Alasannya karena tidak ada ongkos buat bayar sewa ambulans. Kan harus beli bensin sama bayar sopir. Jadi jalan kaki saja sambil dorong suami ke Rumah Sakit Bhakti Asih," ungkap Aan Diniyati kepada detikJateng, Sabtu (10/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suami Aan Diniyati, divonis gagal ginjal sejak 5 tahun silam. Sejak itulah, Nurohman (56), suami Aan, rutin menjalani cuci darah di RS Bhakti Asih.
Cuci darah ini dilakukan rutin dua kali dalam satu pekan. Setiap kali cuci darah, Aan mengantar sendiri suaminya itu dengan berjalan kaki dorong kursi roda.
Jarak tempuh dari rumah ke rumah sakit pun lumayan jauh, sekitar 5 km. Sehingga dalam sekali berobat dia harus jalan 10 km pulang pergi.
Selama mengurus suami, wanita ini mengaku, perhatian terhadap anak berkurang. Selain harus mengurus keperluan sehari hari, dia juga perlu mencari nafkah untuk makan.
Karena alasan itu, Aan menitipkan anaknya ke salah satu panti asuhan agar bisa tetap sekolah. "Supaya bisa tetep sekolah, anak saya satu satunya saya titipkan ke panti asuhan. Alhamdulilah biaya sekolah ditanggung panti," ucapnya.
Terpisah, Direktur RS Bhakti Asih, dr Khoziatun Azmi mengatakan, selama masa pengobatan semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Sehingga, keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya apapun.
"Alhamdulillah, selama cuci darah menggunakan BPJS Kesehatan PBI. Jadi, tidak bayar," tukas Azmi.
(aku/aku)