Sejumlah warga Desa Jogosatru, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, menggelar tasyakuran Masriah penyiram air kencing dan tinja dibui. Apa alasan tetangga?
Dilansir detikJatim, Minggu (4/6/2023),para tetangga ternyata menggelar tasyakuran ini usai Masriah ditahan. Menurut warga, sebelum Masriah berulah, warga di desanya hidup tenteram.
"Sebenarnya warga desa ini sejak dulu hidup dengan tenteram, karena ada peristiwa penyiraman itulah membuat desa tidak tenteram. Maka warga meminta agar Ibu Masriah diberikan sanksi seberat mungkin," kata warga setempat, Raffi (20), Sabtu (4/6).
"Dengan tasyakuran ini emak-emak berharap Ibu Masriah sadar atas perbuatan yang tidak terpuji itu. Semoga setelah keluar dari Lapas bisa berubah perilaku," imbuh Raffi.
Sementara warga lain, Nurul Masruroh (41) mengatakan tasyakuran ini juga sebagai bentuk mendoakan Masriah. Harapannya, setelah selesai menjalani kurungannya, perilaku Masriah bisa berubah. Warga pun bersedia memaafkan Masriah jika insaf.
"Dengan kegiatan tasyakuran ini semoga Ibu Masriah bisa berubah dan mau bergaul dengan lingkungan. Awalnya para emak-emak di desa ini geram dengan ulahnya Masriah," kata Nurul.
Sementara itu, Martono (53) mengaku turut merasakan kesedihan yang dialami Wiwik sekeluarga. Sebab, selama bertahun-tahun Wiwik dan keluarganya mengalami penyiraman air kencing dan tinja gegara Masriah.
"Kasus Ibu Masriah masih dalam proses penanganan oleh Satpol PP. Warga sepakat bila Masriah dijebloskan ke Lapas warga akan melakukan tasyakuran," kata Martono.
Menurutnya, teror penyiraman air kencing dan tinja itu adalah perbuatan tidak terpuji. Dia menyebut hukuman yang diterima Masriah tidak setimpal.
"Sebenarnya hukuman yang hanya 1 bulan itu tidak setimpal dengan perbuatannya. Dengan tasyakuran ini emak-emak di desa ini berdoa agar Masriah keluar dari Lapas sadar dan minta maaf ke keluarga Ibu Wiwik," imbuh Martono.
            
            
            
            
            (ams/ahr)