Viral Siswa SD Pindah ke SLB gegara Dibully, Pemkab Semarang Buka Suara

Viral Siswa SD Pindah ke SLB gegara Dibully, Pemkab Semarang Buka Suara

Afzal Nur Iman - detikJateng
Rabu, 31 Mei 2023 20:58 WIB
Closeup student chair back seat and desk in classroom background with on wooden floor. Education and Back to school concept. Architecture interior. Social distancing theme. 3D illustration rendering
ilustrasi sekolah (Foto: Getty Images/iStockphoto/Shutter2U)
Semarang -

Sebuah video yang menceritakan kisah seorang siswa SD pindah ke SLB di Kabupaten Semarang viral di media sosial. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, Sukaton Purtomo Priyatmo angkat bicara soal bocah tersebut.

Video itu awalnya diunggah oleh akun TikTok @satriabagus60. Dalam video itu, terlihat seorang bapak yang tengah berjalan bersama seorang siswa berseragam SD.

Bapak itu kemudian ditanya di mana anaknya bersekolah. Dia menjawab anaknya bersekolah di SLB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perekam video itu kemudian kembali bertanya mengapa anaknya disekolahkan di SLB, padahal anaknya masih bisa diajak berbicara. "Lah orang di sana enggak sampai," jawab bapak itu seperti dikutip detikJateng, Rabu (31/5/2023).

Siswa tersebut kemudian ikut menjawab. Dia mengaku sering diganggu di sekolah sebelumnya.

ADVERTISEMENT

"Di SD saya diganggu sama temen saya," kata siswa tersebut dalam bahasa Jawa.

Video beralih ke perekam, dia mengaku sudah penasaran dengan anak tersebut karena beberapa kali melihatnya. Secara umum anak tersebut juga terlihat sehat.

"Rasa penasaranku terjawab hari ini, karena setiap pagi aku lihat ada anak SD diantar ayahnya selalu berangkat sekolah, dan kebetulan di dekat rumahku ada sekolah luar biasa jadi kan jarang yang lewat hanya 1-2 anak jadi aku tanya, dan ternyata setelah aku tanya anak itu sehat dan dia sekarang sekolah di luar biasa dekat rumahku, karena dia itu tidak mau sekolah yang dulu. Bayangin sampai segitunya," jelas pria tersebut.

Usai viralnya video tersebut, akun itu kembali mengunggah video klarifikasi. Di video itu, dia mengatakan ada informasi alasannya tak melanjutkan ke sekolah umum karena tes IQ.

"Dia setelah tes psikolog atau tes IQ mendapat nilai 50. Jadi sepertinya tidak memungkinkan untuk meneruskan ke sekolah umum, seperti itu berita yang saya dapat," katanya.

Dia juga memberikan klarifikasi bahwa guru SD itu sebenarnya sudah meminta anak itu untuk tidak pindah. Namun, ternyata anak itu lebih nyaman sekolah di SLB.

Penjelasan Dinas Pendidikan

Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, Sukaton Purtomo Priyatmo mengatakan pihaknya telah melakukan penelusuran dan mendapati informasi video tersebut memang terjadi di wilayahnya. Dia menyebut peristiwa itu direkam dua tahun lalu.

"Betul di Kabupaten Semarang, SD dua tahun lalu dan itu SD Inklusi," kata Sukaton saat dimintai konfirmasi detikJateng, Rabu (31/5).

Selengkapnya di halaman berikut.

Ia juga membeberkan informasi yang diperoleh bahwa siswa tersebut masuk SD tahun 2018-2019 di usia 8 tahun. Namun sang anak hingga satu tahun kemudian belum memiliki nilai karena belum mau membaca dan menulis.

"Sampai guru kelas 1 tidak punya nilai sama sekali hingga 1 tahun," ujarnya.

Anak tersebut terpaksa tinggal kelas. Kemudian di tahun ketiga, guru sekolahnya menanyakan ke orang tua, apakah anaknya masih bersedia sekolah di sana tapi tinggal kelas. Sang guru juga memberikan informasi jika siswa boleh memilih SLB. Ternyata orang tua siswa memilih pindah ke SLB.

"Maksudnya guru kelasnya agar kopen (tetap bisa terawat), pihak orang tua memilih SLB," ujar Sukaton berdasar informasi tersebut.

Terkait kabar adanya perundungan terhadap siswa tersebut, Sukaton juga sudah menelusuri dan tidak ditemukan hal itu. Ia menegaskan tidak boleh ada perundungan di sekolahan.

"Tapi secara keseluruhan tidak ada bullying selama di SD Pakis," tegasnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/ahr)


Hide Ads