Kenangan gempa Jogja 17 tahun silam juga terasa hingga ke Klaten, Jawa Tengah. Gempa berkekuatan magnitudo 5,9 itu memicu kengerian dan kepanikan bagi warga yang terdampak di Klaten.
Kades Sengon, Kecamatan Prambanan, Agus Sumaryono menuturkan di desanya didirikan monumen Lindhu Gedhe (gempa besar) oleh pemerintah. Salah satunya karena desanya terdampak parah karena guncangan kuat gempa.
"Pas kejadian 27 Mei 2006 pagi itu, sehabis subuh saya gendong anak yang masih bayi di luar rumah cari udara segar. Gempa terjadi, mau jalan saja tidak bisa, mau jalan terus jatuh, saya lihat sendiri rumah-rumah ambruk dan asap membubung," ungkap Agus kepada detikJateng, Sabtu (27/5/2023) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menuturkan suara gemuruh gempa terdengar mengerikan. Setelah reda, dia berdiri dan melangkah menuju rumahnya yang ambruk mencari istri dan anaknya.
"Ternyata alhamdulillah istri dan anak saya selamat meskipun pingsan. Setelah itu banyak jeritan dari sana-sini. Ada yang meninggal tertimpa tembok, ada empat meninggal, seperti geger (perang) suasananya," kata Agus.
Diceritakan Agus, kala itu saat mencoba menolong keluarga dan warga lainnya mendadak gempa susulan datang. Warga pun bubar lari menyelamatkan diri.
"Gempa lagi, akhirnya ditinggal. Saat itu dari arah Prambanan (kota kecamatan) banyak sekali motor ke selatan katanya air naik, jalan aspal pecah, air sumur naik membeludak, katanya tsunami itu," papar Agus.
Melihat massa datang, sambung Agus, warga desanya yang tinggal di kaki bukit berbatasan dengan DIY ikut panik. Warga desanya pun ikut naik ke bukit.
"Desa saya kan dekat gunung (bukit) kita ikut naik karena massa dari luar bilang air laut sudah naik sampai Prambanan. Pokoknya cari selamat masing-masing," kata Agus.
Setelah gempa lewat, lanjut Agus, di desanya didirikan tugu peringatan monumen Lindhu Gedhe. Di dekat tugu itu diberi patok oleh Badan Geologi sebagai tanda wilayah yang dilewati sesar opak.
"Di dekat monumen, sisi barat monumen ditanami tanda sebagai titik yang dilewati Sesar Opak oleh Badan Geologi. Katanya tidak apa-apa, yang penting warga waspada setiap saat," imbuh Agus.
Terpisah, Sekretaris BPBD Kabupaten Klaten, Nur Tjahjono Suharto menjelaskan gempa 2006 itu harus disikapi dengan kewaspadaan sampai kapan pun. Sebab, gempa bumi merupakan silent killer yang tidak bisa diprediksi.
"Gempa bumi itu silent killer, pembunuh senyap karena sampai saat ini tidak ada satupun teknologi yang bisa memprediksi kapan, dimana dan berapa kekuatannya. Tahun 2006 wilayah Prambanan, Gantiwarno, Wedi dan Bayat itu terdampak parah sehingga kesiapsiagaan masyarakat diperlukan," papar Nur Tjahjono.
(ams/aku)