Seorang pria berusia 62 tahun tinggal di tengah hutan Bukit Patiayam, Kudus. Dia mengaku tinggal di puncak bukit itu selama 20 tahun terakhir.
Dia adalah Ali Ngatiman (62) yang berasal dari Desa Sukobubuk Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Kini dia tinggal di puncak Bukit Patiayam yang berada di Desa Terban Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Perjalanan menuju rumah Mbah Ngatiman memakan waktu sekitar 30 menit dengan sepeda motor dari balai desa setempat. Setelah itu motor harus diparkir agak jauh dan berjalan kaki selama 5 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesampai di puncak Bukit Patiayam, gubuk sederhana yang ditinggali lansia itu akan terlihat. Gubuk itu terbuat dari kayu dengan ukuran 4X2 meter. Tidak ada sekat di dalam gubuk tersebut.
Mbah Ngatiman mengaku terpaksa tinggal di tempat tersebut. Dia dulunya hidup bersama istri dan ketiga anaknya, namun kemudian berpisah karena ada masalah
"Saya disuruh pergi terus tidur tinggal di hutan sini," kata Ngatiman ditemui detikJateng di lokasi, Jumat (26/5/2023).
Dia lantas tinggal di tempat tersebut seorang diri dan membuka lahan pertanian untuk bertanam jagung dan singkong. Hasilnya akan dijual ke pasar.
![]() |
"Sehari-hari saya kerja di ladang sebagai petani. Menanam ketela, jagung. Kalau panen saya jual di kampung, hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari," kata Ngatiman.
Kehidupannya itu terus dijalani tanpa ada yang menemani. Tak terasa, dia sudah puluhan tahun tinggal sendiri di hutan.
"Saya tinggal di hutan sini kurang lebih 20 tahun yang lalu," ungkap dia.
Kepala Desa Terban, Supeno mengatakan mulai kenal dengan Mbah Ngatiman sejak tahun 2020 silam. Dia mengenal Mbah Ngatiman sudah tinggal di puncak Bukit Patiayam.
"Mbah Ngatiman yang sudah 20 tahun lebih ini, sampai pindah gubuk saja tiga kali, akhirnya ketemu," kata Kades Terban Supeno.
Menurutnya, warga melihat Mbah Ngatiman sebagai seorang pekerja keras. Setiap hari lansia tersebut mengurusi tanaman di ladangnya.
"Beliau pekerja keras, jadi setelah capek istirahat kemudian bertani lagi,hasil untuk bisa makan dan minum sehari-hari di sini, mungkin dekat dengan lahan garapannya," tambah Supeno.