Rombongan wisatawan terlihat memasuki gedung Museum Purbakala Patiayam Kudus. Di libur Kenaikan Isa Almasih ini, wisatawan yang berkunjung jauh lebih banyak dibanding hari biasa.
Ada banyak benda berupa fosil hewan purba yang dipajang di museum tersebut, mulai dari rusa, harimau, gajah, banteng hingga hewan laut. Total ada fosil dari 17 spesies hewan purba yang dipamerkan.
Asyiknya, pengunjung bisa melakukan wisata edukasi itu secara gratis. Pengelola tidak mengenakan tiket untuk masuk ke dalam museum purbakala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tidak semua koleksi fosil hewan purba dipajang di museum. Sebagian besar masih tersimpan di gudang untuk dikonservasi dan diidentifikasi.
detikJateng berkesempatan melihat-lihat di bagian ruang penyimpanan dan konservasi fosil itu. Di tempat tersebut terdapat tulang-tulang berukuran besar berwarna kecokelatan.
Beberapa petugas terlihat sibuk membersihkan tulang berusia ribuan hingga jutaan tahun itu.
![]() |
Sebagian dari tulang tersebut sudah rapuh termakan usia. Petugas memberi larutan kimia agar fosil itu bisa mengeras.
"Konservasi sendiri yaitu pemeliharaan terhadap benda cagar budaya yang dimiliki oleh Museum Patiayam ini," kata Ketua Tim Konservasi dari Museum dan Cagar Budaya Sangiran Nina Iswati kepada detikJateng ditemui di Museum Purbakala Patiayam Kudus, Kamis (18/5/2023).
Ada banyak kegiatan yang harus dilakukan dalam konservasi itu, mulai dari pengecekan hingga pendokumentasian. Selanjutnya, mereka mulai membersihkan tulang raksasa itu.
"Ada beberapa tahapan mulai pembersihan kering, setelah itu dibersihkan basah menggunakan alkohol, kalau fosilnya rapuh kita keraskan dulu menggunakan larutan kimia, setelah itu kita timbang, dan ada foto sebelum konservasi dan setelah konservasi," ucapnya.
Koordinator Tim Inventarisasi Museum dan Cagar Budaya Sangiran, Duwiningsih mengatakan setelah dilakukan konservasi maka dilakukan inventarisasi. Kegiatan tersebut kata dia bertujuan untuk mendata mulai sejarah ditemukan sampai dengan jenis dan ukuran fosil.
"Dari yang sudah dilakukan konservasi lalu kita lakukan inventarisasi, untuk fosil dari berbagai jenis kemudian kita cari sesuai dengan label yang diperlukan, mulai dari nomor inventaris kemudian sejarah fosil ditemukan, dari elemen apa, jenis apa, ukuran, sedimen, kalau ada catatan ditemukan oleh siapa dan seterusnya," tambah Duwi.
(ahr/dil)