Di Depan Ganjar, Haedar: Kalau Dipakai 2 Kali Salat Id Berkahnya 2 Kali Pak

Nasional

Di Depan Ganjar, Haedar: Kalau Dipakai 2 Kali Salat Id Berkahnya 2 Kali Pak

Tim detikNews - detikJateng
Senin, 17 Apr 2023 17:18 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di kampus UMY, Bantul, DIY, Jumat (24/3/2023).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di kampus UMY, Bantul, DIY, Jumat (24/3/2023). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Solo -

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyinggung soal penyelenggaraan salat Id di fasilitas negara sebanyak dua kali di dua hari yang berbeda. Hal itu disampaikan Haedar di depan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Haedar mengatakan hal itu dalam acara Pengukuhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah Jawa Tengah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga hadir dalam acara itu.

"Apakah kalau hari ini digunakan, yang esok menyelenggarakan yang besok itu tidak sah? Nggak. Jadi kalau sekarang dipakai misalkan di depan kantor gubernur itu, besok juga dipakai eh berkahnya dua kali, Pak Ganjar," kata Haedar di akun YouTube tvMU Channel seperti dikutip detikNews, Senin (17/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haedar meminta negara adil dalam memberikan fasilitas kepada warganya. Haedar menilai pemerintah tidak perlu menyampaikan larangan penggunaan fasilitas untuk warga yang hendak melaksanakan salat Idul Fitri pada 21 April 2023.

Untuk diketahui, PP Muhammadiyah telah menetapkan Idul Fitri 1444 H jatuh pada 21 April 2023. Sementara itu, pemerintah masih akan menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar pada 20 April 2023.

ADVERTISEMENT

"Syukur lebih baik kalau juga silakan gunakan, hari ini digunakan oleh Muhammadiyah, besok digunakan tanggal 22," ujar Haedar.

Haedar menyebut Muhammadiyah memiliki fasilitas-fasilitas sendiri. Namun, yang diinginkan Muhammadiyah adalah pemerintah dengan segala fasilitasnya merupakan milik seluruh golongan.

"Tapi kalau berpikirnya tadi ini biasa diselenggarakan oleh kami, kalau hari ini digunakan oleh yang lain nanti dikira kami memberi ruang itu masih zaman kuno, zaman londo, cara berpikir seperti itu," ujar Haedar.

"Biasanya kita juga punya fasilitas-fasilitas tapi bukan itu, kami bisa menyelenggarakan di tempat kami tapi yang kami inginkan adalah negara, pemerintah dengan segala fasilitasnya itu milik seluruh golongan dan rakyat," pungkasnya.




(aku/ams)


Hide Ads