Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT pada 17 Ramadhan 610 Masehi atau saat malam Nuzulul Quran. Kala itu Rasulullah SAW sedang beribadah di gua yang terletak 5 KM dari Mekkah yang bernama Gua Hira.
Ketika itu Malaikat Jibril datang dan menghampiri Rasulullah SAW dengan membawa Qs. Al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa ini menjadi penanda dimulainya peradaban Islam.
Kisah Nabi Muhammad SAW Terima Wahyu Pertama
Dikutip detikJateng dari NU Online, Jumat (7/4/2023) Rasulullah SAW merupakan orang yang gemar berkontemplasi. Beliau senantiasa berdoa kepada Tuhan supaya diberikan pencerahan terhadap kaumnya. Ia sangat khawatir dengan kondisi moral masyarakat Mekkah yang mengalami keruntuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga suatu ketika saat Rasulullah sedang berdiam diri dan beribadah di Gua Hira pada bulan Ramadhan 610 Masehi datanglah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu pertama Qs. Al-Alaq ayat 1-5.
Dari Aisyah Ummul Mukminin radliyallahu 'anha, ia berkata: "Permulaan wahyu yang diterima oleh Rasulullah adalah ar-ru'ya ash-shalihah (mimpi yang baik) dalam tidur. Biasanya mimpi yang dilihatnya itu jelas laksana cuaca pagi. Kemudian beliau jadi senang menyendiri; lalu menyendiri di gua Hira untuk bertahannuts. Beliau bertahannuts, yaitu beribadah di sana beberapa malam, dan tidak pulang ke rumah isterinya. Dan untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah, dan di bawahnya pula perbekalan untuk keperluan itu, sehingga datang kepada beliau Al-Haqq (kebenaran, wahyu) pada waktu beliau berada di gua Hira. Maka datanglah kepada beliau malaikat dan berkata, "Bacalah!" Jawab beliau, "Aku tidak bisa membaca." Nabi bercerita, "Lalu malaikat itu menarikku dan memelukku erat-erat sehingga aku kepayahan.
Kemudian ia melepaskanku dan berkata lagi, "Bacalah!" dan aku menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Aku lalu ditarik dan dipeluknya kembali kuat-kuat hingga habislah tenagaku. Seraya melepaskanku, ia berkata lagi, "Bacalah!" Aku kembali menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Kemudian untuk ketiga kalinya ia menarik dan memelukku sekuat-kuatnya, lalu seraya melepaskanku ia berkata,
ا اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena); (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-Alaq, 96:1-5)
Lantas Rasulullah SAW pun pulang ke rumah Khadijah dengan penuh ketakutan hingga tubuhnya bergetar. Rasulullah berkata kepada Khadijah "Selimutilah aku!" akhirnya beliau diselimuti hingga rasa takutnya menghilang.
Setelah itu Rasulullah mulai menceritakan apa yang telah dialami kepada Khadijah, ia berkata "Sesungguhnya aku mencemaskan diriku." mendengar hal itu kemudian Khadijah menjawab "Sama sekali tidak. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkaulah orang yang senantiasa menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengusahakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran.
Kemudian Rasulullah SAW diajak oleh Khadijah untuk menemui salah seorang anak dari pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza. Ia merupakan penduduk Arab yang memeluk agama Nasrani ketika zaman kegelapan atau jahiliyah.
Selain itu, Waraqah juga merupakan seorang yang memiliki kemampuan bahasa Ibrani yang baik. Bahkan ia menulis sejumlah kitab dan Injil dalam bahasa Ibrani, meskipun ia buta dan sudah tua.
Setiba di sana Khadijah berkata kepada Waraqah, " Wahai anak pamanku, dengarkan cerita anak saudaramu ini." lantas Waraqah pun bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai anak saudaraku, apakah yang kau lihat?"
Mendengar pertanyaan dari Waraqah, Rasul Pun menceritakan mengenai apa yang telah beliau lihat dan alami kala di Gua Hira. Kemudian Waraqah berkata, "Itulah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah kepada Musa. Mudah-mudahan aku masih hidup di saat engkau diusir kaummu!
Rasulullah pun bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, sebab setiap orang yang membawa seperti apa yang engkau bawa pasti dimusuhi orang. Jadi kelak engkau mengalami masa-masa seperti itu, dan jika aku masih hidup, aku pasti akan menolongmu sekuat tenagaku."
Tak berselang lama setelah pertemuan itu Waraqah meninggal dunia. Selanjutnya, Nabi Muhammad menerima wahyu secara berkelanjutan selama kurang lebih 23 tahun sebagai penanda dimulainya peradaban umat manusia khususnya Islam.
Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(apl/apl)