Puluhan disabilitas netra melakukan tadarus Al-Qur'an braille di Masjid Al Hidayah, Temanggung. Tadarus dilangsungkan untuk mengisi kegiatan selama bulan Ramadan.
Mereka merupakan penerima manfaat di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Netra (PPSDN) Penganthi Temanggung. Disabilitas netra baik putra maupun putri yang tinggal di panti ini berasal dari wilayah eks keresidenan Kedu maupun daerah lain. Bahkan ada juga yang berasal dari luar Jawa Tengah.
Pengelolaan panti di bawah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Dalam kegiatan tadarus, para disabilitas netra membaca Al-Qur'an braille didampingi pembimbing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam bulan suci Ramadan ini, kegiatan (tadarus) dilakukan setiap hari. Kita melakukan tadarus (malam setelah isya), dilakukan pagi hanya (saat) tertentu," kata salah satu pendamping, Sugiyarti kepada wartawan di Masjid Al Hidayah PPSDN Penganthi Temanggung, Kamis (6/4/2023).
"Tadarus ini terdiri dari anak-anak yang sudah bisa membaca Al-Qur'an braille dan juga yang sudah hafal Al-Qur'an. Atau hafalan itu dilakukan bersama-sama seperti tadi ada yang memandu, nanti yang lain menirukan," tuturnya.
Dia menyebut, salah satu tantangan untuk mengajarkan Al-Qur'an ini adalah peserta harus paham baca tulis braille terlebih dahulu. Nantinya, setelah itu baru bisa menulis aksara Arab braille.
"Di sini kami pandu anak-anak untuk mengetahui huruf hijaiah dulu, huruf braille nanti baru bertahap penulisan huruf Arab braille. Anak-anak harus paham tanda baca, setelah itu akan bisa membaca per ayat," tuturnya.
"Jadi anak yang nantinya belum paham akan terinspirasi untuk mengikuti membaca yaitu Al-Qur'an braille. Dari kakak-kakaknya yang sudah pandai," tuturnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
Salah satu disabilitas netra, Mujiono mengatakan, dia mulai belajar Al-Qur'an braille sejak 3 tahun lalu. Mereka harus belajar dengan sabar karena tingkat kesulitan membaca dengan meraba memang cukup tinggi.
"Karena yang namanya meraba tentu saja berbeda dengan orang yang bisa melihat respons harus cepat. Cara membacanya harus bener-bener cepat sebelum mengucapkan kata-kata tersebut atau kalimat. Meraba dulu dan agak delay karena rasa berbeda dengan visual ketika melihat itu bisa langsung merespons, kalau meraba seperti dari jari dirasakan, kemudian dibawa ke otak, baru diucapkan. Jadi agak delay di situ, jadi tidak bisa secepat orang yang bisa melihat," tuturnya.
"Alhamdulillah saya sudah bisa membaca lancar seperti orang yang bisa melihat itu sudah 30 juz," kata pria yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, itu.
Disabilitas netra lainnya, Ival Saputra mengaku sudah hafal juz 1 sampai 4. Ia belajar Al-Qur'an braille belum lama.
"Ya sekitar 2 bulan. Sebelum belajar (Al-Qur'an braille) sudah hafal. Dulunya, cuman mendengarkan misalnya guru baca terus saya mengikuti," ujar Ival asal Kendal.