4 Tradisi Hari Raya Nyepi: Melasti hingga Ngembak Geni

4 Tradisi Hari Raya Nyepi: Melasti hingga Ngembak Geni

Santo - detikJateng
Jumat, 17 Mar 2023 17:30 WIB
Upacara Melasti di tengah pandemi di Pantai Parangkusumo, Minggu (27/2/2022).
Upacara Melasti di tengah pandemi di Pantai Parangkusumo, Minggu (27/2/2022). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Solo -

Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Saka bagi umat Hindu. Berikut 4 tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Bali saat Hari Raya Nyepi.

Umat Hindu di Bali akan merayakan salah satu hari besar dalam kalender Saka, yaitu Hari Raya Nyepi. Dalam merayakan hari raya Nyepi, umat Hindu memiliki sejumlah tradisi yang dilakukan sebelum, saat, dan sesudah Hari Raya Nyepi.

Kapan Hari Raya Nyepi 2023?

Umat Hindu merayakan Hari Nyepi setiap tanggal 1 bulan ke 10 Caka, atau dengan sebutan lain "Penanggalan Apisan Sasih Kedasa". Kemudian menurut SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023, Hari Raya Nyepi di Tahun Baru Saka 1945 jatuh pada Rabu, 22 Maret 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna Nyepi

Hari Raya Nyepi menjadi momentum yang sangat penting bagi umat Hindu, karena apa yang telah dirasakan, diperbuat, dan dialami pada tahun sebelumnya diingat, direnungkan, dan dipertimbangkan kembali pada Hari Raya Nyepi.

Dari sini umat Hindu dapat mengetahui kelebihan, kekurangan, dan kesalahannya serta rencana-rencana yang perlu dilaksanakan di masa yang akan datang. Dengan adanya kesadaran atas segala kesalahan yang pernah dirasakan, dialami, atau dan dilakukan maka pada Hari Ngembak Geni (hari setelah Nyepi) tiba kesempatan untuk saling memaafkan.

ADVERTISEMENT

Tradisi Hari Raya Nyepi

Berikut tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bali untuk menyambut kedatangan Hari Raya Nyepi, dikutip dari penelitian berjudul 'Fungsi dan Makna Ritual Nyepi Di Bali' oleh I Wayan Suwena dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

1. Melasti

Ada beberapa ritual yang dilakukan sebelum Hari Raya Nyepi, salah satunyaMelasti. Tradisi ini dilaksanakan tiga hari sebelum hari Nyepi.

Ritual ini bertujuan membersihkan segala sesuatu yang dimiliki atau benda-benda yang disakralkan. Benda-benda tersebut dibawa dan dibersihkan di laut, danau, atau sumber mata air.

Saat ritual ini berlangsung, masyarakat juga membawa sesaji dan peralatan suci. Kemudian saat masyarakat berjalan menuju sumber mata air diiringi alunan alat musik tradisional Bali yaitu gamelan.

2. Pangrupukan

Pangrupukan juga disebut sebagai upacara tawur kesanga. Pangrupukan adalah ritual yang diselenggarakan sehari sebelum merayakan Nyepi, tepatnya pada bulan mati (tilem) Sasih Kasanga terakhir untuk melaksanakan upacara bhuta yadnya. Upacara ini diadakan pada waktu pergantian tahun menurut perhitungan Hindu Bali dengan upacara yang disebut tawur agung kasanga, yakni upacara yang dipersembahkan kepada bhuta kala.

Pangrupukan juga disebut sebagai upacara korban (mecaru) yang berfungsi menjaga keseimbangan alam semesta maupun diri manusia dari gangguan Bhuta Kala. Adapun sesajen caru yang digunakan dalam upacara pangrupukan tersebut sebagai berikut.

Tingkat Desa

Bahan sesajen caru yang digunakan antara lain nasi sasah aman cawarna (brumbun) sebanyak 9 tanding, segehan agung dengan warna putih sebanyak 108 tanding, daging olahan ayam brumbun dan tetabuhan serta api takep. Sesajen/bebanten ini diaturkan ke hadapan Sang Bhuta Kala.

Tingkat Rumah Tangga

Korban/caru di rumah tangga hampir sama dengan di tingkat desa adat, hanya tetabuhan dari darah ayam digantikan dengan arak berem karena maknanya sama.

3. Nyepi

Ketika merayakan Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Bali memperoleh pembelajaran untuk mengendalikan diri dengan cara tidak bepergian, tidak beraktivitas/bekerja, berpuasa (tidak makan dan minum), tidak melakukan aktivitas yang dapat mencemarkan badan. Pengendalian diri ini dilakukan dengan cara mengadakan catur brata penyepian.

Catur Brata penyepian (pengendalian diri) dilaksanakan selama 24 jam, yakni sehari setelah Tilem Sasih Kasanga (Tilem Kasanga), tepatnya pada paruh terang pertama masa kesepuluh/panaggal sasih kadasa.

Pelaksanaan catur brata penyepian dimulai pukul 05.00 sampai pukul 05.00 besok pagi harinya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

Amati Geni

Dalam bahasa Bali, geni memiliki arti api. Dengan kata lain, amati geni berarti tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh mengumbar hawa nafsu.

Amati Karya

Dalam bahasa Indonesia kata karya memiliki arti kerja. Dengan kata lain amati karya bermakna tidak melakukan pekerjaan/kegiatan fisik, tidak bersetubuh, dan hanya tekun melakukan penyucian rohani.

Amati Lelungan

Dalam bahasa Bali, kata lelungan berasal dari kata lunga yang berarti pergi. Dengan kata lain amati lelungan mengandung arti tidak bepergian kemana-mana, melainkan senantiasa menjaga diri di rumah serta melakukan pemusatan pikiran ke hadapan Tuhan dalam berbagai prabawa-Nya (perwujudan-Nya) yang telah disemayamkan di dalam tubuh manusia.

Amati Lelanguan

Dalam bahasa Bali kata lelanguan berasal dari kata langu yang berarti hiburan atau rekreasi. Dengan kata lain amati lelanguan bermakna tidak mengadakan acara hiburan atau kegiatan bersenang-senang termasuk tidak makan dan tidak minum.

4. Ngembak Geni

Hari Ngembak Geni ini mengandung makna telah berakhirnya catur brata penyepian. Pada hari ngembak geni umat Hindu saling mengunjungi keluarga dan kerabat, teman dekat, teman seprofesi, dan yang lainnya untuk saling memaafkan atas segala kekhilafan dan kesalahan yang telah atau terjadi sebelumnya.

Hari Raya Nyepi adalah salah satu perayaan terbesar dalam kalender Saka umat Hindu. Mereka merayakan hari raya besar tersebut dengan melakukan 4 tradisi yang memiliki makna penting dalam kehidupan beragama mulai dari introspeksi hingga penyucian diri.

Demikian pembahasan mengenai 4 tradisi yang biasa dilakukan umat Hindu pada Hari Raya Nyepi. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dil/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads