Makin Ganas, Hama Uret di Klaten Serang Tanaman Buah-Palawija

Makin Ganas, Hama Uret di Klaten Serang Tanaman Buah-Palawija

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Selasa, 07 Mar 2023 17:16 WIB
Petani di Klaten menunjukkan hama uret, Selasa (7/3/2023).
Petani di Klaten menunjukkan hama uret, Selasa (7/3/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Petani di 6 desa di Kecamatan Karangnongko dan Jatinom, Klaten, mengeluhkan hama uret yang terus mengganas. Tak hanya tanaman singkong, kini hama uret juga mulai menyerang tanaman palawija dan buah-buahan.

"Petani sudah tidak kurang pakai berbagai produk pestisida cair dan tabur, tapi belum ada hasilnya," kata seorang petani di Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom, Haryanto kepada detikJateng di lokasi, di sela gerakan pengendalian hama bersama petugas Dishutbun Jateng dan Pemkab Klaten, Selasa (7/3/2023).

Haryanto mengatakan petani sudah dua tahun tidak panen palawija akibat serangan hama uret. Serangan jauh lebih parah saat curah hujan tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hujan lebih ganas karena tanah gembur dan lembab, uret nyaman. Lahan 2.000 meter, petani bisa rugi Rp 10-15 juta setahun, itu baru palawija saja,'' lanjut Haryanto.

Kadus 2 Desa Randulanang, Jatinom, Sugiarto menyatakan uret juga menyerang tanaman keras seperti rambutan sampai alpukat.

ADVERTISEMENT

"Pohon alpukat, rambutan, pepaya bahkan akasia juga diserang. Dimakan kulit pohon di bawahnya sehingga mengering," ungkap Sugiarto kepada detikJateng di rumahnya.

Induk uret yaitu sejenis kumbang yang biasa disebut ampal juga menyerang pohon lainnya. Sebelum bertelur menjadi uret, ampal atau sejenis wangwung biasanya marak.

"Sebelum ada serangan uret, biasanya ampal atau wangwung menyerang pohon lainnya. Pohon nangka puluhan yang saya tanam hampir mati dimakan daun mudanya," kata Sugiarto.

Serangan ampal, ungkap Sugiarto, biasa terjadi bulan September sampai Desember. Setelah hujan turun, gantian uret yang datang menyerang.

"Setelah wangwung hilang bertelur, ganti uret datang menyerang. Sampai pusing mengatasinya, pakai kapur juga tidak mempan,'' imbuh Sugiarto.

Petugas pengendalian organisme pengganggu tanaman (POPT) Dishutbun Jateng, Tri Joko menyatakan untuk mengendalikan sementara bisa dimulai dengan perilaku pemupukan menggunakan pupuk yang difermentasi. Petani diimbau tidak menaruh pupuk kandang di sawah.

"Untuk pencegahan, sebaiknya petani tidak menaruh pupuk kandang basah atau mentah di lahan. Jika terpaksa harus ditutup agar ampal dan wangwung tidak bertelur di pupuk," jelas Tri Joko kepada detikJateng.

Diberitakan sebelumnya, hama uret atau gayas meresahkan petani di beberapa desa Kecamatan Karangnongko dan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Hama tersebut membuat petani terancam gagal panen kali kedua.

"Gagal panen ini menurut hitungan saya. Sebab sudah saya ganti dua kali pohon baru," kata petani ketela pohon Desa Blimbing, Kecamatan Karangnongko, Minah (61) kepada detikJateng di lahannya, Jumat (3/3/2023).




(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads