Selama ini sebagian orang mempercayai bahwa pembuatan mumi atau mumifikasi oleh masyarakat Mesir kuno bertujuan untuk mengawetkan mayat. Ternyata, penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemumian memiliki tujuan yang sakral.
Dilansir detikInet, Selasa (7/3/2023), sebuah studi yang dilakukan University of Manchester's menguak fakta baru mengenai kesalahpahaman tujuan pemumian.
Peneliti mengatakan teknik pengawetan pemumian bertujuan untuk membimbing orang yang sudah mati menuju keilahian. Hal itu terkuak dalam pameran 'Mumi Emas Mesir' pada awal tahun ini, dikutip dari Live Science, Selasa (7/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal Kesalahpahaman Terhadap Pemumian
Kurator Museum Mesir dan Sudan, Campbell Price mengatakan kesalahpahaman terhadap tujuan pemumian terjadi ketika negara barat menganalogikan pengawetan mumi sama dengan pengawetan ikan. Alasan mereka didasarkan karena kesamaan di antara keduanya yang mengandung garam.
"Idenya adalah Anda mengawetkan ikan untuk dimakan di masa mendatang. Jadi mereka beranggapan bahwa apa yang dilakukan pada tubuh manusia sama dengan perlakuan terhadap ikan," jelas Price.
Padahal garam yang digunakan di antara keduanya sangat berbeda. Garam untuk pemumian mengandung natron, mineral alami, campuran natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium klorida, dan natrium sulfat. Pada umumnya bahan tersebut melimpah di dasar danau dekat sungai Nil.
"Kita juga tahu bahwa natron digunakan dalam ritual kuil dan diterapkan pada patung dewa. Bahan itu digunakan untuk pembersihan," tutur Prince.
Price mengatakan bahwa dupa kerap kali dihubungkan dengan mumi. Dupa dinilai sebagai sesuatu hadiah yang layak diberikan kepada dewa.
"Dupa dan kemenyan ada dalam kisah Kristen tentang Yesus dan merupakan hadiah dari tiga orang bijak. Dalam sejarah Mesir Kuno kami telah menemukan bahwa itu juga merupakan hadiah yang pantas untuk dewa," kata Prince.
Price menuturkan kata dupa dalam bahasa Mesir kuno adalah senetjer' secara harfiah berarti 'membuat ilahi'. Sehingga ketika melakukan prosesi pembakaran dupa di kuil dinilai tepat dilakukan untuk membuat ruang menjadi 'ilahiah'.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Tapi jika menggunakan resin dupa pada tubuh, Anda membuat tubuh menuju keilahian menjadi makhluk yang saleh," imbuhnya.
Kesalahpahaman terhadap pemumian diperkuat dengan adanya kepercayaan orang Mesir bahwa orang yang sudah meninggalkan akan membutuhkan tubuh mereka di akhirat.
"Saya pikir itu sebenarnya memiliki arti yang lebih dalam, dan pada dasarnya tentang mengubah tubuh menjadi patung dewa karena orang mati telah diubah," jelasnya.
Mumi kerap kali dijumpai oleh arkeolog tersimpan dalam sarkofagus yang menampilkan wajah almarhum. Prince mengatakan potret tersebut memberikan gambaran terhadap bentuk ideal ilahi dan mengungkapkan identitas almarhum.
Dalam pameran tersebut juga menampilkan beberapa topeng penguburan, potret panel, hingga sarkofagus yang berhubungan dengan penguburan Mesir kuno. Hal itu sebagai beberapa bukti mengenai tujuan pemumian sebenarnya.
Museum Manchester menyelenggarakan pameran itu pada 18 Februari 2023. Dalam pameran tersebut dipajang 'Golden Mummies of Egypt'. Museum tersebut juga menerbitkan buku karya Price dengan judul sama untuk mengiringi pameran itu.
Artikel ini sebelumnya tayang di detikInet, ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.