Salah satu pengendara motor gede (moge) tujuan Bali tewas usai menabrak bus Akas di Pantura Situbondo. Saksi menyebut moge tersebut melaju kencang melawan arus sebelum tabrakan maut terjadi.
Kanit Laka Satlantas Polres Situbondo Ipda Kadek Yasa menjelaskan moge bernopol D 6699 SDH itu melaju kencang melawan arus sebelum menabrak bus Akas bernopol N 7920 US. Bahkan, berdasarkan olah TKP, moge itu melaju terlalu ke tengah mengambil lajur bus dari arah berlawanan.
"Benturan terjadi di marka kanan atau lajurnya bus. Moge itu kemudian terpelanting balik lagi ke lajur kiri," ujar Kadek kepada detikJatim, Sabtu (4/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan keterangan saksi sopir dan 3 penumpang bus yang duduk di bangku deretan depan, moge tersebut sempat ngebut dan melawan arus. Kadek Yasa mengatakan bahwa polisi telah memintai keterangan sopir dan 3 penumpang bus yang duduk di bangku deretan depan.
"Penumpang yang duduk di bangku deretan depan, kan, yang paling tahu kejadiannya. Keterangan para saksi penumpang bus, moge itu memang melaju dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi," ujarnya.
Tabrakan keras tak terhindarkan. Moge itu menabrak bumper kanan bus dengan sangat keras. Akibat tabrakan itu, moge yang dikendarai SN (30) warga Jakarta Barat rusak parah. SN sendiri sempat terpelanting ke lajur kiri bus.
Instruktur Defensive Driving dan Riding GDDC Andry Berlianto mengungkap beberapa hal membahayakan yang ditimbulkan dari aksi melawan arus tersebut mulai dari memunculkan pertikaian hingga risiko tabrakan.
"Lawan arus akan mengganggu arus normal yang ada yang imbasnya akan semakin membuat macet. Lawan arus juga akan memincu emosi pengguna jalan lain untuk bertikai dan ini berbahaya. Lawan arus tentunya berbahaya karena umumnya kendaraan di laur tersebut pasti akan bergerak sesuai jalurnya dan bisa memunculkan risiko kecelakaan," beber Andry kepada detikOto, belum lama ini.
Lebih lanjut, menurut Pakar keselamatan berkendara, Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan pemilik moge diwajibkan sudah stabil secara emosional, serta memiliki keterampilan berkendara terlebih dahulu. Sebab, kata Jusri, harga motor yang mahal, tenaga besar, dan prestige kerap memicu perilaku tidak aman di jalanan.
"Ada kelompok hidden factor atau faktor tersembunyi yang bisa memicu perilaku tidak aman hingga kecelakaan. Salah satunya, bunyi (moge), lingkungan (situasi jalan), atau harganya mahal," kata Jusri saat dihubungi detikcom, belum lama ini.
(aku/sip)