Walkot Semarang Ungkap Alasan Pilih Rusun untuk Relokasi Warga Dinar Indah

Walkot Semarang Ungkap Alasan Pilih Rusun untuk Relokasi Warga Dinar Indah

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Rabu, 22 Feb 2023 16:53 WIB
Banjir kembali terjadi di Perumahan Dinar Indah Semarang, Senin (20/2/2023).
xBanjir kembali terjadi di Perumahan Dinar Indah Semarang, Senin (20/2/2023). Banjir kembali terjadi di Perumahan Dinar Indah Semarang, Senin (20/2/2023).
Semarang -

Pemerintah Kota Semarang menyiapkan relokasi ke rumah susun untuk warga perumahan Dinar Indah yang berkali-kali dilanda banjir. Saat ini proses pengajuan ke Kementerian PUPR sedang dilakukan untuk membangun tempat relokasi.

Perumahan Dinar Indah di Tembalang Semarang awal Januari 2023 lalu dilanda banjir bandang karena tanggul jebol. Setelah tanggul ditambal sementara, genangan terjadi karena limpasan Sungai Babon atau Sungai Pengkol.

Hari Sabtu, 18 Februari 2023 lalu, tanggul sementara jebol sebagian, ditambah tanggul permanen juga jebol di sisi utara. Air cepat surut, namun ketika Kabupaten Ungaran dilanda hujan besar, maka Dinar Indah kembali banjir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya, banjir di Dinar Indah sudah lama berulang sejak beberapa tahun lalu karena lokasi tepat di belokan sungai.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Ita mengatakan untuk relokasi, pemerintah hanya bisa memfasilitasi rumah susun. Karena jika dibangun bentuk rumah maka Pemerintah Kota menyalahi aturan.

ADVERTISEMENT

"Ya gini, kita kan sedang mencari untuk penanganan karena sebenarnya kalau kita membangunkan rumah itu juga salah karena bukan terdampak oleh kegiatan atau program-program pemerintah. Tetapi kami ini kan berupaya untuk bagaimana dari masyarakat yang di situ bisa pindah," kata Ita di kantor Kanwil Kemenag Kota Semarang, Rabu (22/2/2023).

Ita menyebut pihaknya tengah mencari lokasi yang tepat, meski warga mengusulkan minta direlokasi di lahan milik pengembang tidak jauh dari lokasi perumahan yang langganan banjir itu. Tapi pengembang perumahan Dinar Indah kini tidak diketahui keberadaannya, sehingga perlu ada banyak langkah dan kepastian untuk memakai lahan yang dimaksud warga.

"Kita lagi cari (lokasi), kalau pun umpamanya warga kan bilang itu di atas ada tanahnya (pengembang). Kalau nanti sertifikatnya bukan punya Pemkot atau apapun itu kan juga harus dilakukan istilahnya pemutihan, atau kita panggil pengembangnya. Tapi katanya pengembangnya nggak ada, apa nanti kita patokin, itu harus ada diskresi. Sambil berjalan kita ada permohonan untuk nanti relokasi tapi kita juga harus melihat legalitasnya," tutur Ita.

Saat ini proses pengajuan proposal ke Kementerian PUPR sedang dilakukan. Biasanya, lanjut Ita, lahannya memang terbatas namun cukup untuk rusun. Meski demikian jika dimungkinkan dibangun rumah deret maka Pemkot Semarang akan siap.

"Kalau di Kementerian kan dengan lahan kecil harus pakai metode rumah susun. Kalau mungkin lahannya ada dan kalau memungkinkan kita pakai rumah deret maka memungkinkan seperti itu," katanya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Ia menyayangkan pengembang Perumahan Dinar Indah yang tidak mengantongi izin bahkan kini kabur. Selain Dinar Indah juga ada Grand Tembalang di Rowosari yang ada indikasi tanpa izin, lokasinya pun kerap dilanda banjir.

"Seperti yang di Grand Tembalang itu kan sebenarnya belum ada izinnya, tapi kan kita sudah berupaya apapun, bantuan, kalau ada banjir kita pasti bantu bersihin, kami juga sudah melalukan. Saya juga minta ke Pak Gub (Gubernur) ya kan, kemarin ada rapat koordinasi, memang ada beberapa poin yang menjadi kewajiban masing-masing pihak," ujar Ita.

Ia berharap kerjasama berbagai pihak mulai dari Pemkot Semarang, Pemkab Semarang, hingga BBWS bisa menjadi solusi banjir yang ada. Beberapa langkah jangka panjang sudah dimulai termasuk penghijauan di Kabupaten Semarang.

"(Dari rapat kemarin) Pertama dari Kabupaten Semarang untuk mengevaluasi RTRW-nya, juga pembenahan lingkungan karena di wilayah hulu, kemarin disampaikan Kepala DLH-nya sudah banyak yang ditebang-tebang kan, sekarang lagi dimulai penghijauan lagi. Dari BBWS untuk melakukan kajian terkait normalisasi Sungai Mluweh, tapi kalau kajian dan pembuatan DED kan prosesnya lama. Kemudian membuat bendung dan kolam retensi tapi kan itu juga lama, akhirnya kami dari Kota Semarang melakukan penanganan. Nanti kita bicara dengan BBWS mana yang dilakukan oleh Pemkot, mana yang BBWS karena mengingat sungai itu juga kewenangan BBWS," jelas Ita.

Halaman 2 dari 2
(aku/apl)


Hide Ads