Korban akibat gempa magnitudo (M) 7,8 yang melanda Turki dan Suriah bertambah. Saat ini tercatat lebih dari 15.000 orang meninggal akibat gempa Turki-Suriah tersebut.
Dikutip dari detikNews, dilansir AFP, Kamis (9/2/2023), para pejabat dan petugas medis mengatakan 12.391 orang tewas di Turki dan 2.992 di Suriah. Total korban meninggal yang dikonfirmasi menjadi 15.383.
Evakuasi korban gempa saat ini masih terus dilakukan. Tim penyelamat berlomba untuk menyelamatkan korban yang terjebak di bawah puing-puing dalam cuaca dingin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui ada kekurangan dari pemerintahannya usai diterpa gempa besar M 7,8. Dia mengakui tidak siap menghadapi gempa yang sampai saat ini telah menewaskan belasan ribu orang tersebut.
"Tentu saja, ada kekurangan. Kondisinya jelas terlihat. Tidak mungkin siap menghadapi bencana seperti ini," kata Erdogan seperti dilansir AFP, Rabu (8/2).
Erdogan menanggapi langsung terkait tuduhan pemerintahannya gagal memasok penyelamat dalam jumlah yang cukup. Selain itu, Turki juga dikritik terkait bantuan untuk para korban gempa.
2 WNI Jadi Korban Meninggal
Sementara itu, warga negara Indonesia (WNI) bernama Nia Marlinda menjadi korban meninggal dunia dalam gempa magnitudo 7,8 Turki. Anak Nia yang berusia satu tahun juga menjadi korban.
"Jadi yang meninggal di Kahraman Maras adalah satu ibu WNI dan satu orang anak usia satu tahun," ujar Dubes RI untuk Turki, Lalu M. Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/2).
Gempa M 7,8 Turki dan Suriah
Dilansir detikNews, gempa M 7,8 mengguncang Turki pada Senin (6/2/2023) pagi sekitar pukul 04.17 (01 17) GMT. Gempa tersebut berpusat di Nurdagi, Provinsi Gaziantep, Turki. Gempa tersebut juga dirasakan oleh sejumlah wilayah selain Turki.
Dikuti dari BBC, kerak bumi terdiri dari potongan-potongan terpisah yang disebut lempengan. Bagian itu terletak berdampingan satu sama lain.
Pelat-pelat ini sering mencoba untuk bergerak, tetapi dicegah oleh gesekan-gesekan dengan pelat yang bersebelahan. Apabila tekanan meningkat, salah satu pelat tiba-tiba tersentak dan menyebabkan permukaannya bergerak.
Dalam gempa ini, lempeng Arab yang bergerak ke utara dan bergesekan dengan lempeng Anatolia. Hal ini menyebabkan terjadinya gempa bumi dengan kekuatan yang besar.
Halaman selanjutnya, analisis penyebab gempa Turki mematikan.
Dilansir AFP, beberapa faktor menjadi penyebab mengapa gempa Turki mematikan hingga menewaskan ribuan orang. Beberapa faktor itu antara lain waktu kejadian, lokasi, garis patahan yang relatif tenang, dan lemahnya konstruksi bangunan yang runtuh.
"Terperangkap ketika rumah mereka runtuh," kata peneliti kehormatan di British Geological Survey Roger Musson, kepada AFP.
Selain itu, konstruksi bangunan yang tidak kokoh juga menjadi penyebab gempa tersebut menewaskan banyak orang.
Turki berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Sebuah gempa pada tahun 1999 di sepanjang garis patahan Anatolia Utara di wilayah Turki utara Duzce menewaskan lebih dari 17.000 orang.
Roger Musson mengatakan gempa dengan magnitudo 7 belum pernah terjadi di Turki selama lebih dari 200 tahun.
"Tapi gempa Senin terjadi di sisi lain negara itu, di sepanjang patahan Anatolia Timur. Sesar Anatolia Timur tidak memiliki gempa berkekuatan 7 selama lebih dari dua abad, yang bisa berarti orang "mengabaikan betapa berbahayanya itu," kata Musson.