Wali Murid SMPN 1 Bumiayu Brebes Sambat soal Pembelian Buku Mandiri

Wali Murid SMPN 1 Bumiayu Brebes Sambat soal Pembelian Buku Mandiri

Imam Suripto - detikJateng
Kamis, 26 Jan 2023 09:04 WIB
Kuitansi daftar ulang di SMPN 1 Bumiayu, Brebes.
Kuitansi daftar ulang di SMPN 1 Bumiayu, Brebes. Foto: Imam Suripto/detikJateng.
Brebes -

Sejumlah orang tua murid kelas VIII SMP Negeri 1 Bumiayu Brebes, Jawa Tengah mengeluhkan kebijakan sekolah terkait biaya daftar ulang. Saat daftar ulang siswa tidak hanya dibebani biaya kesiswaan, melainkan juga dibebani pembelian buku mandiri yang jumlahnya mencapai ratusan ribu.

Salah seorang wali murid kelas VIII yang namanya tidak mau disebut menjelaskan, saat anaknya naik kelas, sekolah meminta sumbangan untuk kegiatan kesiswaan selama satu tahun pelajaran. Dalam rincian yang diperoleh, biaya tersebut dianggarkan untuk semua kegiatan siswa.

Namun penarikan biaya daftar ulang di SMPN 1 Bumiayu ini malah banyak dikeluhkan. Orang tua siswa tidak hanya dibebani biaya kesiswaan, tapi juga ada biaya pembelian buku mandiri melalui koperasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlahnya pun lumayan banyak dan memberatkan.Orang tua murid ini mengungkap, biaya daftar ulang untuk kegiatan kesiswaan sebesar Rp 300 ribu, sedangkan untuk pembelian buku mandiri sebesar Rp 375 ribu.

"Yang kami tangkap memang saya harus membayar biaya daftar ulang sebesar Rp 675 ribu. Pada saat disampaikan seperti itu, biayanya segitu yang meski dibayarkan. Tapi setelah dibayar dan dapat kwitansi, ternyata biaya kesiswaan hanya Rp 300 ribu dan untuk pembelian buku jumlahnya lebih banyak, Rp 375 ribu," ungkap wali murid ini sambil menunjukkan kuitansi pembayaran, Rabu (25/1/2023).

ADVERTISEMENT

Pembelian buku mandiri ini dipertanyakan wali murid ini. Pasalnya, siswa sudah mendapat jatah buku pokok secara gratis. Kemudian, lanjut wali murid ini, ternyata ada beberapa sekolah lain yang tidak membebani orang tua siswa untuk membeli buku mandiri, cukup menggunakan buku pokok.

"Sekolah-sekolah lain kok tidak dibebani pembelian buku, cukup pakai buku paket yang dibagikan ke siswa," terusnya.

Keluhan sama juga disampaikan wali murid lain. Menurutnya, tidak masalah jika dibebani biaya daftar ulang untuk kesiswaan Rp 300 ribu. Karena, memang untuk kegiatan dan keperluan siswa.

Tapi jika pembelian buku dijadikan satu dengan biaya daftar ulang, wali murid ini tegas mengaku keberatan. Apalagi, jumlanya lebih banyak dari biaya kesiswaan yakni Rp 375 ribu.

"Saat ajaran baru banyak yang harus dikeluarkan untuk sekolah. Saya minta jangan dimanfaatkan untuk memasarkan buku, karena sudah ada dari sekolah. Apalagi jumlahnya lumayan memberatkan bagi saya. Kalau hanya Rp 300 ribu untuk kegiatan anak sekolah, tidak masalah," jelas wali murid yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima di pasar Bumiayu ini.

Baca Penjelasan Kepala Sekolah di halaman berikutnya....

Penjelasan Kepala Sekolah


Dimintai konfirmasi terpisah, Kepala SMPN 1 Bumiayu, Ina Purnamasari, menjelaskan apa yang dilakukan sekolah itu merupakan teknik agar siswa memiliki buku mandiri. Karena menurut Ina, momen daftar ulang adalah saat yang tepat dan efektif agar orang tua siswa membayar biaya sesuai ketentuan sekolah. Untuk itulah, pihaknya memutuskan agar pembelian buku disatukan dengan pembayaran daftar ulang.

"Kalau daftar ulang itu memang bayarnya Rp 300 ribu, dan pembelian buku Rp 375 ribu. Jadi totalnya Rp 675 ribu, itu satu kuitansi. Di kuitansi itu juga ada keterangannya. Itu teknik sekolah supaya anak bisa memiliki buku mandiri, jadi disatukan dengan biaya daftar ulang. Karena buku itu untuk referensi belajar siswa. Buku tersebut tidak dialokasikan dalam dana Biaya Operasional Sekolah (BOS)," kata Ina menjelaskan.

Meski demikian, Ina membantah adanya unsur pemaksaan. Karena pada kenyataannya, banyak siswa siswinya yang tidak membeli buku itu.

"Kami juga ada datanya siswa yang membeli dan tidak membeli. Bahkan yang membeli tapi belum bayar juga ada. Yang membeli baru sekitar 60 persen dari siswa," sambung Ina Purnamasari.

Dia merinci, buku seharga Rp 375 ribu itu terdiri empat eksemplar buku mata pelajaran yang akan diujikan. Masing-masing buku mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan buku IPA. Buku tersebut berbeda dengan buku pokok yang dibeli menggunakan dana BOS.

Sehingga menurutnya, SMP Negeri 1 Bumiayu butuh buku referensi karena merupakan sekolah unggul di bidang akademik.

"Kalau buku dari BOS itu buku pokok, tapi sekolah kita kan butuh buku referensi karena kita sekolah yang unggul di bidang akademik," pungkas Ina.

Halaman 2 dari 2
(apl/sip)


Hide Ads