KPAI: Temani Anak Main Lato-lato, Jangan Buru-buru Dilarang!

KPAI: Temani Anak Main Lato-lato, Jangan Buru-buru Dilarang!

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Selasa, 10 Jan 2023 09:52 WIB
Lato-lato adalah permainan lawas yang kini kembali vilar. Anak-anak di Tangerang, Banten, ini begitu gembira saat memainkannya.
Anak-anak bermain lato-lato. (Foto: Ari Saputra)
Solo -

Mainan lato-lato tengah mewabah di berbagai wilayah. Di balik pro dan kontra yang menyertai fenomena mainan ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta berbagai pihak untuk tidak buru-buru melarang lato-lato.

KPAI melihat sisi positif lato-lato bagi anak-anak. Namun orangtua juga diminta untuk tetap mengawasi karena memang ada risikonya.

Sub Komisi Pengaduan KPAI, Dian Sasmita, mengatakan 'menggoyang' lato-lato membutuhkan skill khusus layaknya kelereng dan layang-layang. Permainan ini membantu anak untuk terampil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak bermain lato-lato, bermain kelereng, bermain layangan, sama sama membutuhkan skill khusus. Latihan yang berulang ulang akan membuat mereka terampil," kata Dian dalam keterangan tertulis yang diterima detikJateng, Selasa (10/1/2023).

Ia menjelaskan bermain lato-lato tidak sesederhana mendengar suaranya, namun membutuhkan konsentrasi dan latihan. Dian pun menghargai keterampilan itu.

ADVERTISEMENT

"Saya sangat menghargai ketrampilan memainkan lato-lato. Karena saya pribadi memainkannya pun tak langsung bisa. Butuh koordinasi gerak tangan yang stabil dan konsentrasi. Bermain lato-lato tak sesederhana suaranya," ujarnya.

Layaknya game online, lato-lato juga dimainkan dengan serius dan membuat anak senang. Diperlukan peran orang tua atau pengasuh untuk mengedukasi anak agar mainan ini tidak mengganggu.

"Setiap aktivitas anak, apapun itu, orang tua atau pengasuh wajib tahu dan membersamai untuk menjelaskan bahaya dan resikonya. Kemudian mengarahkan anak ke arah yang positif," jelas Dian.

Dian mengatakan ada baiknya orangtua atau pengasuh mendampingi anak bermain lato-lato, apalagi jika bisa bermain bersama. Hal itu bisa mengalihkan anak dari gadget dan juga anak merasakan kehadiran orang tua.

"Bermain lato-lato dengan anak dapat membangun kelekatan antara anak dan orang tua. 15 menit bermain dengan anak akan membuat mereka menjadi anak lebih gembira. Karena anak merasakan kehadiran orangtuanya secara utuh," katanya.

Berikutnya, lanjut Dian, Pemerintah harus bisa mewadahi fenomena lato-lato ke sisi positif untuk meningkatkan kreativitas. Menurutnya, anak-anak punya hak bermain maka jangan buru-buru melarang bermain lato-lato.

"Pemerintah, seperti sekolah atau dinas kebudayaan atau pariwisata, dapat mewadahi kreatifitas anak terhadap lato-lato. Misalnya lomba menggambar di lato-lato, atau bikin instalasi dari lato-lato atau mural tema lato-lato. Pemerintah perlu sadari bahwa setiap anak membutuhkan dan punya hak untuk bermain. Namun apakah pemerintah setempat sudah memfasilitasi ruang bermain ramah anak?" ujarnya.

"Jadi, jangan terburu-buru melarang anak bermain. Temani anak bermain. Karena fase tumbuh kembang anak akan optimal jika mereka dapat bermain dengan gembira dan aman," imbuh Dian.




(aku/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads