Rumah Abraham Fletterman di Semarang tak lagi bernuansa angker seperti yang dikenal orang beberapa waktu lalu. Rumah peninggalan Belanda itu kini justru nampak cantik dan banyak diminati untuk resepsi pernikahan.
Dilihat dari depan, rumah itu justru seperti rumah yang baru dibangun dengan cat berwarna putih cerah. Paving, pohon, dan tanaman di halaman rumah itu pun tertata rapi. Sama sekali tak terlihat rumah itu sudah berusia 132 tahun.
detikJateng mengunjungi rumah yang berada di Jalan Kyai Saleh No 15, Semarang, pada Rabu (28/12/2022). Dengan ramah, Kepala Kantor Yayasan Mardi Waluyo, Dwi Prakoso, yang saat ini mengelola rumah tersebut menunjukkan beberapa ruangan yang ada di dalam rumah itu.
Di sana, terasa kental nuansa kuno Rumah Abraham Fletterman. Beberapa barang peninggalan Abraham Fletterman dan Corrie Fletterman Smith masih tertata rapi di rumah tersebut.
Berbagai lukisan dan foto pemilik rumah juga masih dipajang tanpa ada kesan kumuh sama sekali. Terlihat pengelola benar-benar merawat rumah peninggalan Abraham Fletterman itu.
Dwi juga menjelaskan di bangunan utama tak banyak perubahan yang dilakukan oleh yayasan yang mulai mengelola itu sejak tahun 2013. Berbagai barang yang masih layak pakai seperti kursi, lemari, dan pintu ruangan juga masih sama seperti aslinya.
Bahkan, tangga yang menjadi satu-satunya akses menuju lantai dua juga merupakan tangga kuno. Oleh karena itu, perlu izin khusus untuk bisa naik ke atas.
"Ini pun yang umum nggak boleh ke atas, karena ini tangga paling kuno, ini benar-benar yang asli, nggak direnovasi, ya katanya kan masih kuat, tapi kita eman-eman," kata Dwi menjelaskan.
Di lantai bawah, terdapat dua ruangan yang merupakan kamar dan tempat kerja. Masing-masing menghadap ke Jalan Kyai Saleh.
Rumah di atas tanah seluas 3.602 meter itu memang memiliki dua bangunan. Satu bangunan utama dan yang lain paviliun yang kini dijadikan kantor yayasan.
Dwi menerangkan pengelola juga sedikit melakukan renovasi untuk kebutuhan seperti kamar mandi dan aula. Namun, hal itu sudah dikonsultasikan kepada Tim Ahli Cagar Budaya.
"Berapa kali kita memang diskusi sama cagar budaya tapi yang penting, pesannya yang kelihatan jangan sampai harus tetap nggak boleh berubah," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(rih/ams)