Mengenal Abraham Fletterman, Sosok di Balik Rumah Kuno KS15 Semarang

Mengenal Abraham Fletterman, Sosok di Balik Rumah Kuno KS15 Semarang

Afzal Nur Iman - detikJateng
Rabu, 28 Des 2022 16:00 WIB
Suasana di Rumah Abraham Fletterman Semarang, Rabu (28/12/2022).
Suasana di Rumah Abraham Fletterman Semarang, Rabu (28/12/2022). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng.
Semarang -

Sempat dikenal angker, Rumah KS15 atau lebih dikenal Rumah Abraham Fletterman kini menjadi salah satu tempat rujukan untuk resepsi pernikahan di Semarang. Kisah rumah tua peninggalan Belanda itu lekat dengan pemiliknya, Abraham Fletterman atau Opa Bram sapaan akrabnya.

Rumah ini berada di ujung Jalan Kyai Saleh Nomor 15, dekat persimpangan Jalan Veteran Semarang. Rumah di atas lahan seluas 3.602 meter persegi itu kini dikelola Yayasan Mardi Waluyo.

Kepala Kantor Yayasan Mardi Waluyo, Dwi Prakoso mengatakan rumah itu diperkirakan berdiri sejak 1890. Dia tak tahu pasti siapa yang membangun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah itu lekat dengan nama Abraham Fletterman, arsitek Belanda kelahiran tahun 1888 yang tinggal di Semarang hingga akhir hayatnya pada 26 Mei 1959. Informasi yang menyebut Abraham Fletterman sebagai pembangun rumah itu perlu diragukan.

Jika rumah itu memang didirikan sejak 1890, Abraham saat itu baru 2 tahun. Sementara itu Abraham tercatat membangun Hotel Kesambi hijau pada 1926.

ADVERTISEMENT

"Saya pernah dengar sepintas memang perusahaan yang bangun. Tapi saya enggak tahu perusahaan apa itu," kata Dwi kepada detikJateng, Rabu (28/12/2022).

Abraham Fletterman merupakan seorang Belanda yang dikenal berjiwa sosial tinggi. Istrinya, Corrie Fletterman Smith tercatat sebagai pendiri yayasan sosial yang sekarang mengelola rumah itu.

"Suami istri ini orang yang sosial, senang seni, katanya mereka di sini pun sering mengundang masyarakat, sering mengadakan acara seni juga sosial," ujarnya.

Menurut Dwi, rumah itu sempat berpindah tangan sebelum Corrie wafat pada Oktober 1965. Pasangan Maximilian Van der Sluys Veer dan Elly Kristanti merupakan pemilik terakhir rumah itu sebelum dihibahkan ke Yayasan Mardi Waluyo pada 2013.

Selengkapnya baca di halaman selanjutnya...

Maximilian dan Elly juga anggota Yayasan Mardi Waluyo. Elly dikenal sebagai kerabat istri Abraham Fletterman, Corrie.

"Pak Max orang Belanda juga yang lama di Indonesia sampai terakhir tinggal di sini. Kalau dulu disebut rumah hantu itu sebetulnya nggak pernah kosong, jadi tetap ada Ibu Elly," jelas Dwi.

Oleh yayasan, rumah itu sempat dipugar pada 2015 hingga 2018. Yayasan kemudian menyewakannya untuk berbagai acara, mulai resepsi pernikahan hingga reuni.

Segala keuntungan dari penyewaan itu untuk biaya perawatan rumah dan sebagian masuk ke yayasan untuk kegiatan sosial. Yayasan yang berdiri sejak 1914 itu masih eksis memberikan bantuan ke masyarakat.

Pihak yayasan belum berencana membuat rumah itu menjadi objek wisata karena mempertimbangkan kondisinya yang sudah tua. Namun mereka terbuka bila ada mahasiswa atau peneliti yang ke sana.

"Banyak anak kuliah ya biasanya arsitek yang datang, ya saya jelaskan, silakan malah mereka yang tahu banyak daripada saya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(apl/dil)


Hide Ads