Pohon randu alas raksasa berumur tiga abad di Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Klaten, akhirnya ditebang karena lapuk. Penebangan itu memicu dilema karena mengancam rumah warga tetapi pohon itu juga identitas desa.
"Desa ini kan tetengere (penandanya) pohon ini. Jika musim hujan atau kemarau penandanya kan pohon ini, ini identitas desa," ungkap warga setempat, Sartono kepada detikJateng, Selasa (20/12/2022).
Sartono menyebut pohon tersebut sering menjadi alat bukti bagi warga saat mudik. Biasanya warga perantauan belum dianggap sampai rumah jika belum mengirimkan foto pohon randu alas itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kalau sudah mengirimkan foto pohon ini berarti sudah sampai rumah. Foto pohon jadi bukti," jelasnya.
Bagi warga Desa Segaran, lanjut Sartono, pohon randu alas itu selama ini juga menjadi penanda bagi warga luar desa. Sebab, pohon yang tinggi menjulang itu sering menjadi penunjuk arah.
"Pohonnya kan tinggi, jadi penunjuk arah desa. Dari Pakis (Jalan Jogja-Solo) terlihat, dari Sidowayah (Kecamatan Polanharjo) juga terlihat," imbuh Sartono.
Sementara itu Kaur Perencanaan Desa Segaran, Munadi mengatakan pohon itu diperkirakan usianya 300 tahun. Tapi setahun ini sudah mulai lapuk.
"Setahun ini mulai lapuk. Ini tidak ditebang seluruhnya karena ini masih pro dan kontra," ucap Munadi kepada detikJateng.
Menurut Munadi, ada warga yang tetap ingin mempertahankan pohon tersebut sebagai 'cagar budaya'. Alasannya pohon itu identitas desa.
"Yang satu mempertahankan ini sebagai cagar budaya, ciri khas Desa Segaran. Yang lainnya ada yang menghendaki ditebang semua, tapi ada yang punya alasan agar ambruk sendiri agar tidak ada kejadian apa-apa," papar Munadi.
Pohon tersebut, kata Munadi, merupakan milik desa karena berada di tanah kas desa. Otomatis pohon tersebut aset desa.
"Meskipun itu aset desa, dari desa belum berpikir memanfaatkan. Monggo kerso (terserah mau diapakan)," imbuh Munadi.
Sebelumnya diberitakan, pohon randu alas berusia ratusan tahun di Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Klaten, akhirnya ditebang. Pohon besar yang sudah mati dan mengering itu rawan tumbang hingga membuat warga yang tinggal di sekitarnya memilih mengungsi.
(rih/ams)