Seorang santri di Ponpes Ta'mirul Islam Sragen tewas usai dianiaya oleh seniornya. Pakar pendidikan agama dari UIN RM Said Solo meminta agar ponpes menghilangkan budaya hukuman fisik.
Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, UIN RM Said, Munadi menilai, kampanye ponpes ramah anak harus lebih ditingkatkan lagi. Hal itu agar tak ada kekerasan dalam lingkungan Ponpes.
"Jadi pesantren atau madrasah ramah anak harus ditingkatkan. Jika ada hukuman, menghindari hukuman fisik, misalnya menambah hafalan Qur'an," kata dia saat dihubungi, Kamis (24/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia meyakini semua ponpes sebenarnya sudah melarang kekerasan sebagai penegakan disiplin para santri. Namun pada praktiknya, pihak ponpes masih kecolongan.
Sebab, aktivitas yang terjadi di ponpes itu berlangsung selama 24 jam. Sehingga para pengurus sering kali kecolongan.
"Tapi kadang, kontrol ke bawahnya yang kurang, karena kaitannya relasi antar-anak remaja, yang lebih solidaritas pada grupnya. Kontrol pelaksanaan larangan itu, yang agak lemah," ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dia menilai sosialisasi dan kontrol pengawasan harus ditingkatkan kembali.
Selain itu, rasio pengawasan juga harus dikurangi. Agar pengawas tidak terlalu banyak mengawasi santri juniornya.
"Kalau memungkinkan, beberapa orang harus menguasai keadaan santrinya. Yang penting rasio yang menangani hukuman dengan jumlah santri harus seimbang. semakin besar santrinya kan semakin susah penanganannya," ujarnya.
Ponpes Klaim Sudah Larang Sanksi Fisik
Terpisah, Anggota Forum Masyayikh Ponpes Ta'mirul Islam, Muhammad Wazir Tamam mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah melarang adanya sanksi secara fisik.
Sebagai langkah antisipasi, pihak ponpes telah melakukan berbagai tindakan. Di antaranya adalah mengeluarkan MHRR (16), dan melakukan karantina 2 santri lainnya yang terlibat dalam memberikan hukuman itu.
"Untuk jangka waktu dekat ini, pengurus rayon kita bekukan. Bagaimanapun juga mereka harus bertanggung jawab. Selain itu, setiap rayon kita tempatkan 4 orang ustaz menjadi pengawas. Jadi ustaznya langsung menggerakan seperti ke masjid dan kebersihan, dulu kan pengurus OSTI. itu antisipasi jangka pendek, kita sambil evaluasi," pungkasnya.
(ahr/ams)