Pemulangan tiga jenazah dan empat korban luka gempa Cianjur asal Brebes, Jawa Tengah, menyisakan cerita karena mereka diangkut hanya dengan satu ambulans dan ditarik biaya Rp 6 juta. Salah satu korban luka menceritakan kondisi di dalam ambulans selama perjalanan dari Cianjur ke Brebes.
Salah satu korban luka, Muamarudin (27), warga Desa Banjarsari, Kecamatan Bantarkawung, Brebes. Tujuh orang santri korban meninggal dan luka gempa Cianjur, bersama satu orang kerabat korban, pulang ke Brebes naik ambulans APV Luxury putih B 1901 SIX bertulis Baitu Nuri Al Aminah Yayasan Mujahidin Pegawai Pertanian.
"Saya naik di belakang berdesak-desakan, di depan ada kerabat dan sopir ambulans. Saya sama tiga orang duduk di bawah saling berhadapan dan di tengah ada jenazah teman tiga orang," cerita Muamarudin saat ditemui di rumahnya, Rabu (23/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat perjalanan pulang, Muamarudin mengaku sangat sedih dan tertekan jiwanya.
"Tidak sedih gimana, bau amis darah masih mengucur bau parfum mayat. Kasihan lihat teman-teman meninggal," ujarnya.
Selama perjalanan, dia bersama tiga rekannya harus berbagi tempat dengan korban meninggal. Tiga jenazah dibariskan di lantai mobil dan di tiap sisi dipakai untuk duduk.
"Di mobil ambulans itu kan tengahnya ada rel untuk roda keranda, maka dipasangi bambu secara melintang agar sejajar. Kemudian di atas bambu dilapisi kertas kardus untuk alas. Kemudian jenazah dibariskan sejajar berhimpitan dan pinggirnya buat duduk empat orang," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, pemulangan tujuh santri korban gempa Cianjur asal Desa Banjarsari, Kecamatan Bantarkawung, Brebes diangkut menggunakan satu ambulans dinilai tak layak. Sebab, keluarga dikenai biaya Rp 6 juta untuk pemulangan tiga jenazah dan empat korban luka.
Keluarga yang berduka itu pun terpaksa patungan untuk membiayai kepulangan tujuh santri asal Brebes itu. Kepala Desa Banjarsari Armas menyebut biaya itu memberatkan warganya yang ekonominya pas-pasan.
"Mereka membayar dengan patungan. Tapi bagaimanapun itu memberatkan, apalagi dalam suasana duka seperti ini. Seharusnya semua biaya ditanggung pemerintah," kata Armas saat ditemui detikJateng di rumah duka, Selasa (22/11).
(rih/apl)