Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohamed bin Zayed Al-Nahyan menanam pohon Sala usai meresmikan Masjid Sheikh Zayed di Solo, pagi tadi.
Dalam acara peresmian tersebut, penanaman pohon Sala disebut sebagai simbol persahabatan. Di sisi lain, pohon Sala juga dikenal sebagai salah satu asal-usul sebutan 'Solo' untuk Kota Surakarta.
Berikut 5 fakta pohon Sala yang ditanam oleh Presiden Jokowi dan Presiden UEA di Masjid Sheikh Zayed, Solo:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Pohon Sala, Awal Mula Sebutan Solo untuk Surakarta
Dikutip detikJateng dari artikel 'Menafsir Sala, Pohon yang Dijadikan Nama Kota Tempat Kelahiran Jokowi', dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma (USD) Heri Priyatmoko dalam repository USD menafsirkan sejarah pohon Sala.
Disebutkan dalam artikel itu, telah menjadi pengetahuan umum bahwa nama Sala atau yang populer disebut Solo berasal dari asma penguasa lokal, yaitu Ki Gedhe Sala.
Namun, dalam versi toponim (asal-usul nama tempat) disebutkan bahwa nama Sala berasal dari pohon Sala. Hal ini diperkuat oleh GPH Adiwijaya yang mencoba memberi suluh perihal nama Sala dalam buku 'Nawawindu'.
Dalam buku tersebut dijelaskan, ketika terjadi pemberontakan di Sukowati, Pangeran Mangkubumi beristirahat sejenak di Baturana dan melihat sejumlah buruh menebang kayu pohon Sala. Batang kayu pohon Sala tersebut kemudian digunakan untuk membangun rumah, membuat perahu, serta memperbaiki kapal.
" ....dapat ditegaskan pohon Sala sesungguhnya lebih dulu muncul ketimbang sosok Ki Gedhe Sala. Pohon tersebut sedari lama merimbun dan banyak dijumpai di sekitar desa itu, bahkan zaman Mataram Kuno. Saking intimnya warga dengan pohon Sala, akhirnya dikukuhkan sebagai identitas daerah (toponim)," dikutip dari artikel tersebut, Senin (14/11/2022).
Adapun sebutan Ki Gedhe Sala diberikan kepada sosok lelaki pembabat alas di desa tersebut.
"Lalu, lelaki pembabad alas sekaligus paran poro di kampung tersebut dinamai Ki Gedhe Sala. Dalam sejarah Jawa, sebutan Ki Gedhe merupakan bentuk penghormatan masyarakat terhadap tokoh yang pinunjul (mumpuni) dan berkuasa di wilayah itu," dikutip artikel tersebut.
2. Banyak Tumbuh di Taman Lumbini, Nepal
Masih dikutip dari artikel yang sama, Heri Priyatmono menuliskan bahwa pohon Sala dikenal cukup akrab di lingkungan penghayat agama Buddha. Hal ini karena sosok penyebar agama tersebut, Sidharta Gautama, lahir dan meninggal di bawah pohon Sala.
"Pohon tersebut memintal tali sejarah dan menempati posisi penting dalam religiositas pemeluk Buddha. Sidharta Gautama lahir di bawah pohon Sala. Di bawah pohon itu pula, Buddha menutup buku kehidupan pada usia 80 tahun," dikutip dari artikel tersebut.
Bahkan, sampai saat ini, pohon Sala masih banyak tumbuh di taman Lumbini, Nepal, tempat Sidharta Gautama.
3. Pohon Sala Punya 3 Nama Lain
Dikutip dari jurnal 'Surakarta: Perkembangan Kota Sebagai Akibat Pengaruh Perubahan Sosial Pada Bekas Ibukota Kerajaan di Jawa' (Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No 2, 2010), dalam buku-buku kuno ada tiga arti istilah Sala, yang menjadi kata dasar sebutan Solo untuk Kota Surakarta.
Dalam jurnal karya Suci Nur Aini Zaida dan Nurhayati H. S. Arifin, dua peneliti dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) itu dituliskan bahwa salah satu buku kuno yang menyebut istilah Sala adalah kamus Mac Donell (1924: 312).
Dalam kamus tahun 1924 itu dijelaskan, Sala dalam bahasa Latin bernama Vatica Robusta, dan dalam bahasa Sansekerta disebut Cala. Sementara itu, pohon Sala banyak tumbuh di daerah India, yaitu di Calcutta dan Morung. Nama lain dari Sala adalah Sal (Bombay), Shalam (Tamil), Salwa (Urija).
4. Dapat Tumbuh hingga 30 Kaki
Dalam jurnal itu, pohon Sala disebutkan dapat tumbuh hingga 30 kaki. Batang kayu dari pohon ini terbilang tebal dan lurus. Tekstur dari daunnya halus dan berbentuk bulat.
"...mengenai ciri-ciri pohon Sala antara lain kayunya lurus, tebal, tingginya bisa mencapai 30 kaki, berdaun halus dan berwarna hijau muda serta berbentuk bulat," dikutip dari jurnal tersebut.
Dijelaskan pula bahwa pohon Sala bunganya banyak, berwarna kuning dan berbentuk malai, biji tunggal berbentuk bulat telur sebesar biji kacang tanah.
5. Pohon Salam di Indonesia
Menurut jurnal tersebut, di Indonesia tidak tumbuh pohon Sala. Di Indonesia adanya pohon Salam yang daunnya dapat digunakan untuk penyedap masakan. Dalam jurnal itu juga disebutkan bahwa bekas-bekas pohon Sala di Kota Sala tidak ada.
"Maka kemungkinan besar yang dimaksud dengan pohon Sala adalah pohon Salam tersebut, karena ciri-ciri pohon Sala hampir sama dengan pohon Salam dan diperkirakan di Desa Sala dahulu banyak terdapat pohon Salam," dikutip dari Jurnal Lanskap Indonesia (2010: 83).
(dil/sip)